Elisa menjelaskan apa yang diraihkanya tersebut, merupakan penantian selama enam tahun. Sebab selama mengikuti kejuaraan dunia paralayang itu, prestasi terbaiknya, menjadi juara tiga berturut-turut, yaitu tahun 2012.2013 dan 2014. Dan tahun 2017 ini akhirnya berhasl menjadi juara dunia.
“Saya berharap ini dapat menjadi motivasi di cabang olahraga lain agar dapat berprestasi lebih baik lagi dan juga menjadi pelipur lara atas keterpurukan olahraga Indonesia,” harapnya.
Menurut Elisa, keberhasilan ini juga tidak terlepas dari latihan dan trik yang digunakan. Untuk latihan meski sibuk dengan tugas di RSPAU, namun tetap mengasah kemampuannya, yaitu pada hari Sabtu dan Minggu, serta bergelantungan di rumah untuk melakukan pendaratan. Terutama saat hujan. Selain itu, juga melatih koordinasi antara mata dan kaki, agar pendaratan tepat sasaran.
“Untuk latihan ini, saya terapkan saat menanggani pasien. Sebab antara penangganan mata dan pendaratan ada kemiripan, yaitu butuh ketelitian, kesabaran dan perencanaan yang matang,” paparnya.