Penting disini dan menjadi tolak ukur DKI adalah pernyataan “PIDATO” Gubernur, bukan Pidato Anies Baswedan sebagai warga masyarakat Indonesia semata.
Pidato yang disampaikan dalam pelantikan Gubernur DKI tentunya mengandung rumus ;
Unsur Filosofi,
Unsur Idiologi,
Unsur Strategi,
Unsur Taktik.
Dan terkemas dalam kurang lebih 16 alenea yang mengandung intisari dari siratan visi dan misi membawa DKI lima tahun kedepan.
Pancasila adalah identitas yang tegas tersurat dalam pidato sehingga unsur-unsur kalimat tidak dapat dipisahkan dari hal-hal mendasar Pancasila sebagai identitas yang jelas dalam menjalankan tujuan yang terkandung di dalam lima sila Pancasila.
“Pribumi” yang mencuat tungal dan tidak menjadi rangkeyan dari isi pidato jelas adanya ini adalah langkah pelemahan yang terkandung dalam isi pidato secara utuh.
Fakta yang tidak dapat dipungkiri “mental” politik kembali terukur bahwa “idiologi” sebagai jiwa politik sudah tidak menjadi basis gerakan dan pemikiran politik.
Sudah tentunya kegaduhan atas kalimat “pribumi” menjadi bahan pemetaan kekuasaan-kekuasaan “ruang gelap” dalam mengontrol peristiwa 2019 dan tentunya 2020.
Peta bumi ini menjadi alat ukur baik secara geo politik maupun geo strategi melihat Indonesia yang berletak silang strategis dalam tata letak pergeseran konflik dari “perang darat menuju perang laut”.