Ibu Adalah Malaikat

oleh
oleh

Ayah juga selalu membandingkan aku dan kakak dengan anak lain yang bisa mendapatkan sekolah negeri. Sampai akhirnya aku dan kakak merasa rendah diri, dan down.

Ibu merasa sedih dan kasihan melihat anaknya terus di buat down dengan perkataan Ayah, Ibu selalu terus memberi kami motivasi agar kami bisa lebih semangat sekolah dan tidak usah mendengarkan perkataan Ayah, karena kalau terus kami memikirkan perkataan Ayah, sekolah kami akan berantakan.

Ibu pun di sini akhirnya harus berdebat dengan Ayah karena masalah kami dan Ibu memberi tahu supaya Ayah bisa mengerti dengan kemampuan anak-anaknya. Ayah tidak pernah memikirkan perasaan kami.

Ibu sebagai tameng kami terus membela kami memberi penjelasan yang baik kepada Ayah, setiap Ayah selalu mengulang ucapannya itu terus menerus, tetapi Ayah tetap keras kepala dengan apa yang ia ucapkan kepada ku dan kakakku.

Tiga tahun pun berlalu hingga kakakku memasuki dunia perkuliahan akhirnya mendapatkan kuliah negeri yaitu di Universitas Islam Negeri dan aku menduduki bangku Sekolah Menengah Akhir Swasta, Ayah lagi-lagi membicarakan hal itu kepada ku, berbeda dengan kakakku karena ia sudah berhasil mendapatkan kuliah negeri.

Sekarang giliran aku sendiri yang mendapatkan ceramahan dari Ayah setiap hari.

Aku merasa lelah dengan ucapan ayahku, hingga aku pun menangis dan down karena lelah dengan ucapan ayah yang itu terus menerus.

No More Posts Available.

No more pages to load.