sketsindonews – Seiring aku bertambah dewasa, tanpa aku sadari kau pun semakin menua. Sebagai anak termuda dan merupakan anak perempuan satu-satunya, aku belum bisa sepenuhnya membuat kau bangga dan bahagia. Aku sibuk dengan segala urusanku, tanpa peka terhadap letihnya seorang Ibu.
Entah sudah berapa kali aku merepotkan. Entah sudah berapa banyak tetes air mata yang terjatuh dibalik senyuman. Namun kasih sayang dan pengorbananmu seakan tak pernah surut meski kulit kian keriput.
Jasa dan perjuanganmu sungguh luar biasa. Ketika aku dalam masa balita, apapun yang aku butuhkan selalu meminta Ibu untuk memenuhinya.
Permintaan yang terkadang sulit untuk diwujudkan dan tidak jarang disertai dengan tangisan. Namun, dengan senyuman yang tulus, Ibu tetap berusaha memenuhi permintaan tersebut. Ketika aku sakit, Ibu adalah orang yang paling cemas dan berusaha memberikan perawatan terbaik demi kesembuhanku.
Ketika aku berada dalam bahaya, Ibu adalah orang yang pertama kali maju ke depan, rela menjadi tameng untuk melindungiku. Ketika aku remaja dan tumbuh dewasa, berbagai kenakalan yang dilakukan tidak pernah membuatmu lelah dan menyerah dalam memberikan nasihat. Meskipun jarang nasihat tersebut aku ingat.
Aku teringat waktu aku masih usia belia, aku merengek untuk bisa ke rumah salah satu tanteku di Bekasi karena merasa jenuh di rumah dan ingin bermain bersama sepupuku. Padahal jarak rumahku ke rumah tanteku cukup jauh dan saat itu waktu sudah malam tetapi Ibu dengan sabarnya menuruti keinginanku. Lalu kami berangkat dengan menggunakan transportasi umum.