“Betul, yang pertama kali dapat terlihat ialah memastikan metodologinya, apakah benar atau tidak. Karena dari metodologi tersebut bisa mencerminkan hasil akhir dan dapat menjadi rujukan masyarakat dalam menerima informasi tersebut, Namun apabila metodologinya salah, tentu rujukan hasil survei ini tidak dapat dijadikan bahan panduan/rujukan bagi masyarakat dalam menetapkan pilihannya” Ungkap Mustabsirotul saat wawancara oleh media di Unpad.
Dirinya menilai, kesalahan dalam menentukan metodologi akan mencerminkan hasil akhir yang salah dan kondisi ini sangat merugikan bagi masyarakat terutama masyarakat Kota Cirebon.
“Yang saya ketahui, bahwa pilkada Kota Cirebon ini berlangsung dinamis dan ramai dikarenakan terdapat 2 paslon (head to head) antara Petahana dan Penantang. Masyarakat sangat butuh berbagai informasi yang terpercaya dan tentunya peran serta lembaga survei dalam melakukan riset persepsi publik ini akan menjadi tolak ukur masyarakat dalam menetapkan dan memantapkan pilihannya, jangan sampai karena pesanan dari satu paslon hasil survei tersebut di otak-atik sehingga menciderai proses demokrasi di kota Cirebon,” ungkap Sita.
Dirinya menilai bahwa lembaga survei pun harus berhati-hati mengeluarkan data karena ini akan menyangkut ke dalam kredibilitas lembaga survei yang tentunya akan membuat masyarakat tidak percaya terhadap hasil rilis survei bahkan lembaganya.