Namun masih banyak perubahan pasca Asean Games 2018 yang steril kini kembali kawasan itu tak lagi berestetika baik trotoar, pkl hingga parkir jalan kembali duduk di barisan utama mengisi kekumuhan yang ada.
Belum lagi persoalan pekerjan saluran jalan atau bekas jaringan kabel, puing tergeletak tanpa tutup proyek yang membuat jalur penyempitan menjadi macet selain nilai Adipura akan mempengaruhi akibat faktor pelanggaran dan lemahnya kordinasi antar SKPD dalam menata kawasan.
Dari kaca mata tadi, mungkinkah Kota Jakarta Pusat akan kembali meraih Adipura seperti 2 tahun berturut – turut jika kondisi wilayah banyak di pengaruhi oleh pejabat yang masih galau dari psikis isu rotasi, mutasi.
Padahal predikat raih Adipura sebuah “presetius Kota dan supremasi pejabat yang bekerja” dalam membuat koordinatif seluruh komponen yang dilibatkan.
Apalagi untuk mengambil kebijakan yang taktis saja ragu karena rasa galau tingkat tinggi, di tambah kosongnya posisi jabatan yang hingga kini masih plong, selain isu pergantian akan cepat di laksanakan dari mulai Lurah, Camat, Sudin Tekhnis, Kepala Kantor, Kabag, Kasi, Kasatpel.