Aku sungguh membenci ruang tunggu ICU ini. Membuatku lemas dan pasrah tetapi tidak hentinya aku lantunkan doa berharap mama baik-baik saja. Melihat orang-orang bergantian masuk ruang itu dengan tangis kehilangan. Membuatku selalu membayangkan skenario terburuk bila harus kehilangan Mama.
Mama harus menjalani operasi pendarahan otak, kemungkinan akan hidup normal sangat sedikit. Aku mengeluskan kepalanya sembari mengompresnya dengan kain basah dan membacakan ayat-ayat Al-quran untuknya.
“Panas nak kepala mama,” ucap mama.
Ya Tuhan, mungkin aku sanggup menghadapi ujian lain dari-Mu, namun aku tidak tahu apakah ujian seperti ini bisa aku lewati atau tidak. Sesak nafasku melihatnya kesakitan dan mendengar suaranya merintih.
Harapku memeluknya dengan hangat dan meminta maaf sebesar-besarnya atas semua kesalahanku. Aku tidak sanggup bila harus kehilangannya ketika aku belum bisa membahagiakannya.