Oleh karena itulah, sebagai Direktur Keuangan Jiwasraya pada saat itu Hary menerapkan rencana cadangan (contigency plan) dalam mengatasi kondisi keuangan Jiwasraya tersebut.
“Kondisi yang memaksa kami melakukan (contigency plan), suatu diskresi direksi untuk bertindak atas sebuah kondisi keuangan Jiwasraya yang abnormal semata-mata untuk menjaga kelanjutan usaha Jiwasraya,” jelasnya.
“Sementara kami menunggu suntikan modal Rp6,7 triliun turun dari pemerintah, akan tetapi pada 2009 diputuskan oleh Kementerian Keuangan sebagai ‘ultimate shareholder’ proposal suntikan dana tersebut tidak dapat dipenuhi,” ucap Hary, sembari mengatakan atas keputusan tersebut, Kementerian BUMN memerintahkan direksi Jiwasraya saat itu dengan Direktur Utama Hendrisman Rahim, agar tetap menjaga kelangsungan hidupnya, tanpa masalah, (self healing).
“Tugas kami melanjutkan kondisi tersebut dan tidak menyerah! Sekali lagi apabila kami menyerah pada 2009, maka bisa dibayangkan dampak sistemik diseluruh sektor keuangan, jika Kami gagal bayar atau bahasa terangnya menyerah dengan keadaan!” ujar Hary, sambil mengatakan dampaknya, Jiwasraya harus selalu tampil sehat, laporan-laporan keuangan bulanan kepada Bapepam-LK dan OJK harus selalu baik.
“Tentunya kondisi Jiwasraya yang sebenarnya diketahui oleh regulator, bahkan oleh BPK, perlu jurus tersendiri karena kondisi Jiwasraya juga abnormal. Jika saja dalam kurun waktu 10 tahun kami menjabat, melalui Kementerian BUMN dan OJK mengumumkan ke publik melalui DPR seperti yang direksi Jiwasraya, hancurlah kepercayaan publik,” imbuh Hary.
Menurut Hary, modal direksi saat itu hanya surat “going concern” dari Menteri Negara BUMN Rini Soemarno. Dia dan direksi lainnya hanya memiliki tekad dengan itikad baik dengan perjuangan untuk menyehatkan Jiwasraya, tidak ada agenda lain.
“Sangat tidak mudah menjaga laporan keuangan untuk tetap ‘solvent’ meski sempat dilakukan revaluasi aset pada 2013 karena terpaksa karena tidak ada piihan lain untuk mendadak Rp6,7 triliun harus masuk di buku. Apakah hal tersebut dikatakan semu? Betul, tetapi tidak ada pilihan lain, jika tidak Jiwasraya akan kembali bangkrut pada 2013,” imbuhnya.