Di samping itu pengalaman politik dan pemahaman sosial Obama tergolong sumir untuk kapasitas seorang presiden. Visi Obama menjawab banyak persoalan moralitas dan kemanusiaan. Namun ia lupa bahwa ucap janji harus ditepati.
Obama hanya andalkan layanan kemanusiaan dan kesehatan (Obamacare). Selebihnya Obama hanya membangun dan memelihara citra untuk menjaga kondisifitas sosial. Namun membiarkan dan menutup mata atas janji yang pernah diucapkan dan kapan harus dipenuhi.
PEMBIARAN
Mengapa pembiaran ini bisa terjadi? Dasarnya tentu adalah enggan memenuhi janji karena khianat dan keculasan Obama. Kedua, ia memandang enteng bahwa ingkar janji tidak menimbulkan resiko apa-apa karena arogansi kekuasaan.
Di Indonesia ada beberapa hal yang membuat presiden membiarkan kekecawaan terjadi. Pertama, presiden terlalu yakin dan terus diyakinkan bahwa partai politik adalah segalanya dalam membangun demokrasi moderen. Presiden tidak boleh mengandalkan terus kepada dukungan ekstra parlementer (non partisan).Akibatnya akses presiden dengan civil society dan people power terputus.
Kedua, bahwa pemerintah memandang melalui hukum dan kekuatan senjata pemerintah sudah cukup bisa bertahan. Pandangan ini bisa keliru kalau kita belajar dari berbagai perubahan, hukum dan senjata punya keterbatasan. Banyak people movement yang mampu menumbangkan rejim pemerintahan yang berpandangan bahwa revolusi bisa menjadi sumber hukum.
Ketiga, terlalu percaya pada adagium bahwa “siapa yang menguasai informasi” akan mengendalikan kekuasaan. Padahal selain informasi pertukaran materi dan energi adalah yang terpenting. Artinya transformasi terjadi karena adanya arus motivasional dan arus material, sedang informasi hanyalah salah satu aspek.
Keempat, pemerintah percaya bahwa kebijakan ekonomi akan dapat mengendalikan situasi dan kondisi masyarakat. Dan bahwa ketenangan bisa diciptakan dengan mengecer-ecer bantuan dan stimulan. Pemerintah lupa bahwa kebijakan ekonomi pemerintah hanya mengendalikan 45% dari perputaran ekonomi nasional.
Kelima, pemerintah terperangkap dengan penciteraannya sendiri yang menggambarkan bahwa kekuasaannya begitu kuat dan prima. Padahal secara substansial kekuasaannya memiliki kelemahan. Karena apa yang dilakukan pemerintah sadar atau tidak sadar hanyalah seremoni belaka.