Menyadari dirinya ditipu, menurut Mahatma, Andreas Reza Nazarudin kemudian membuat laporan polisi, dan kemudian telah mengantarkan pasturi Donny Kriswanto alias Donny Wijaya – Kurnia Mochtar kini meringkuk di sel tahanan Direskrimum Polda Metro Jaya, dijerat pasal penipuan, penggelapan dan TPPU.
MEMBUAT LAPORAN PALSU DAN MEMPERDAYA MAJALAH TEMPO
Sebelum ditahan penyidik, Donny Kriswanto alias Donny Widjaya sempat membuat laporan palsu ke polisi, dengan membangun dalil seolah-olah menjadi korban penganiayaan Andreas Reza Nazarudin.
Tujuannya hendak memakai laporan polisi tersebut sebagai instrumen penekan, agar Andreas Reza Nazarudin selaku korban tidak meneruskan laporan pidananya. Namun laporan itu belakangan dinyatakan tidak terbukti. Lalu dihentikan oleh penyidik, berdasarkan Surat Ketetapan No. S.Tap/2857/X/2020/Ditreskrimum, tertanggal 26 Oktober 2020.
Selain mengelabui penyidik, Donny Kriswanto alias Donny Widjaya berhasil memperdaya media sekaliber Majalah Tempo. Ia memberi testimoni seolah-olah sebagai korban penganiayaan dan perampasan Andreas Reza Nazarudin. Alibi perampasan misalnya, adalah palsu.
Sejatinya, Donny Kriswanto alias Donny Widjaya yang justru menyerahkan secara suka rela sejumlah barang yang dimiikinya kepada Andreas Reza Nazarudin, sebagai jaminan hutang, sesuai berita acara yang ditandatanganinya sendiri pada tanggal 15 Januari 2020.
Statusnya sebagai mantan narapidana perkara korupsi, sejatinya Donny Kriswanto alias Donny Widjaya tidak memiliki kredibilitas untuk dijadikan sumber berita. Namun Majalah Tempo dengan ceroboh malah membuat tulisan panjang pada edisi 12 Mei 2020 itu. Dengan narasi hanya menelan mentah-mentah informasi versy Donny Kriswanto alias Donny Widjaya dan isterinya Kurnia, tanpa pernah melakukan chek and re chek. Majalah Tempo tidak hanya sekadar melanggar prinsip cover both side, melainkan dikualifisir telah masuk ke ranah perbuatan melawan hukum pencemaran nama baik, dengan kadar yang tergolong berat.
“Tapi klien kami tidak mau lagi membahas soal itu. Biar masyarakat yang menilai. Klien kami lebih memilih focus kepada pekerjaannya. Mengabdi untuk kepentingan bangsa jauh lebih penting” ujar Mahatma lagi.
(Sofyan Hadi)