Padahal dalam pidato politiknya belum lama ini Bu Megawati Soekarnoputri (Ketum PDIP) juga sudah ikut menyindir kepemimpinan Anies yang katanya telah membuat Jakarta jadi amburadul.
Namun sindiran Megawati ini pun seperti berlalu begitu saja. Fraksinya di parlemen Jakarta juga tetap impoten, tak mampu (atau memang tak mau) bertindak dengan langkah-langkah politik yang cukup signifikan untuk menginterpelasi Gubernur seperti yang pernah diinisiasi oleh fraksi PSI.
Soal pengelolaan anggaran yang sama sekali gelap alias tidak transparan pun semua bungkam. Program smart-budgeting yang dulu pernah digembar-gemborkan oleh Anies pun tak pernah ditanyakan progresnya oleh fraksi-fraksi besar di parlemen Jakarta, tandasnya.
Sekarang isu uang muka Formula-E kembali mencuat, menyusul dana bansos yang tak jelas juntrungannya. Bahkan Anies kabarnya sudah lempar handuk untuk soal penanganan pandemi Covid-19 di ibu kota, tanpa pertanggungjawaban yang jelas tentang dana trilyunan yang telah digelontorkan untuk penanganan Covid-19.
Sebelumnya ramai di medsos dimana dokter Tirta “ngamuk-ngamuk”, namun seperti biasa, itupun dianggap angin lalu oleh Anies. Dengan cara, bungkam seribu bahasa. Semua memang dibiarkan gelap gulita.
Kami curiga, kata Andre apakah kegelapan ini memang sengaja dibiarkan. Lantaran kegelapan adalah memang habitatnya para vampir penghisap darah termasuk bermain dalam kondisi kekinian pandemi.
Sehingga kita pun jadi bertanya-tanya, apakah para anggota parlemen di Jakarta juga sudah bermetamorfosa untuk membiarkan dirinya “digigit” bahkan saling gigit untuk menipu rakyat.
“Dari lahan pemakaman yang tidak jelas alias gelap, telah bangkit seperti vampir-vampir anggaran yang saling berebutan menghisap darah rakyat,” papar Andre.
(Nanorame)