Hatrick Musibah Kebakaran Pasar Kebon Melati Tanah Abang, Warga Tuntut Revitalisasi Total Kawasan

oleh
oleh

Jakarta, sketsindonews – Warga Kebon Melati Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta Pusat, pasca kebakaran besar sebelumnya meliputi pasar inpres PD Pasar Jaya meminta untuk segera di lakukan penataan pasar serta wilayah terdampak pasar Kambing ikonik.

Diketahui pasar Kebon Melati kerap terjadi kebakaran dan mendapat gelar hatrick, karena 3 kali beruntun alami musibah dan terakhir kalinya pada tanggal 8 April 2021 lalu, namun hingga saat ini pihak pemerintah DKI selalu mengambil solusi dengan membuat tempat penampungan sementara (TPS).

“Sejak 2016 kami hanya dijanjikan pemprov terkait revitalisasi pasar kawasan terintegrasi meliputi adanya keberadaan pasar modern dengan  pemukiman rusun, lahan parkir serta pasar Kambing ikonik untuk memenuhi standar lingkungan komunal amdal modern,” ujar Ketua RW 012 Kebon Melati Agus Iskandar kepada sketsindonews, Minggu (9/5/21).

“Masa selalu kebakaran pasar, kami selalu diberikan TPS untuk pedagang lakukan aktifitas ekonomi sementara pasar itu selalu terkena musibah karena sudah tak layak,” tambahnya.

Diungkapkan bahwa kondisi pasar dikelola PD Pasar Jaya telah banyak lakukan alihkan fungsi oleh oknum sehingga menjadi sarana tinggal warga tidak jelas di dalam pasar.

Itu telah pembiaran selain pemerintah menutup mata kondisi ini, apa memang dibiarkan atau karena pemerintah tidak mau hadir memberikan kebagiaan warga.

“Katanya maju kotanya bahagia warganya, tapi ini justru sebaliknya dialami warga dengan visualisasi kekumuhan menjadi terbentuk image baru. Dan pasar Kambing berdampingan pasar sejak dulu dan terkenal (Ikonik) menjadi tenggelam oleh karena ketidak mampuan Pemprov DKI menjaga kultur budaya. Di sisi lain kondisi pedagang saat ini untuk berjualan di area lapak – lapak, dan itu menjadi ironis tumbuhnya kekumuhan wajah Kebon Melati semakin terpuruk karena pemda DKI hanya janji – janji selain kebijakan ambigu tidak jelas untuk ambil sebuah keputusan,” ucapnya.

“Anehnya lagi kordinasi pengelola tak mampu untuk menata kawasan tidak mau berkolaborasi bersama pimpinan lingkungan melakukan sebuah penataan lebih baik kedepannya sesuai apa yang pernah di janjikan,” tandas Agus.

No More Posts Available.

No more pages to load.