Secara kebetulan, Gubernur Sumatera Mr. Teuku Muhammad Hassan juga menyampaikan gagasan yang sama kepada Presiden Soekarno. Dikatakan bahwa usaha dagang para saudagar Aceh waktu itu sudah cukup maju. Mereka berdagang ke luar negeri, antara lain ke Malaya. Untuk lebih memperlancar usaha dagang, mereka juga memerlukan pesawat terbang.
Diplomasi di Meja Makan
Pada 16 Juni 1948, Presiden Soekarno melakukan lawatan ke Aceh. Kehadirannya disambut masyarakat setempat. Para saudagar yang bergabung dalam Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (Gasida) menyelenggarakan jamuan makan malam untuk presiden dan rombongan di Hotel Kutaraja.
Jamuan makan malam dihadiri para saudagar dan tokoh masyarakat Aceh. Di jamuan makan, Presiden tampak lebih banyak diam dan tidak menyentuh hidangan. Padahal presiden telah berulang kali dipersilakan untuk makan. Tingkah presiden saat itu tentu saja membuat banyak hadirin terheran-heran.
Beberapa saat kemudian Presiden mengatakan, saya anjurkan, sebelum kita dapat memperkuat dan memperbaiki jalan untuk mobil dan kereta api ataupun perhubungan Iaut, kita buka lalu lintas di udara. Saya anjurkan, supaya kaum saudagar membeli pesawat terbang, sebaiknya pesawat Dakota. Bahkan Presiden Soekarno menegaskan tidak akan makan, sebelum masyarakat Aceh berjanji menyumbang sebuah pesawat terbang kepada pemerintah, untuk memperlancar perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
“Saya berharap agar pesawat model yang terbuat dari kayu ini lekas menjelma menjadi pesawat terbang sungguhan”, ujar presiden sembari mengeluarkan sebuah miniatur pesawat Dakota. Muhammad Djuned Jusuf, ketua Gasida beserta para saudagar yang ikut hadir, menyanggupi keinginan presiden.
Kesanggupan para saudagar ditegaskan kembali oleh pembawa acara, Tengku Muhammad Ali Panglima Polim, bahwa keinginan pemerintah pusat memiliki pesawat terbang untuk mendukung perjuangan sebagai mana disampaikan Bung Karno, Insya Allah segera terpenuhi. Mendengar pernyataan Tengku Muhammad Ali Panglima Polim itu, presiden langsung menikmati hidangan yang tersaji.
Selesai jamuan makan malam, pengusaha-pengusaha Aceh yang tergabung dalam Gasida menggelar pertemuan khusus. Mereka sepakat rakyat Aceh akan bersatu mengumpulkan uang dan segala perhiasan emas untuk mewujudkan keinginan presiden, membeli pesawat. Bahkan Gubernur Militer, Abu Daud Beureueh juga memerintahkan Abu Mansor, sekretarisnya untuk mengumpulkan sumbangan dri masyarakat di Pasar
Diplomasi di Meja Makan ala Presiden Soekarno pun berhasil. Acara jamuan makan malam dapat berlangsung dengan lancar dan sukses. Adegan jamuan makan malam itu merupakan bagian penting dari episode keikhlasan rakyat Aceh mengumpulkan dana untuk pembelian pesawat terbang, yang menjadi awal dari sebuah maskapai kebanggan milik negeri ini.