“Segeralah ke rumah menantu dan putri baginda, ya Rasulullah ﷺ. Saya khawatir cucu baginda Hasan dan Husein akan sakit.” lapor Ad Du’ali kepada Rasulullah ﷺ.
“Ada apa dengan cucuku dan keluargaku?” Rasulullah ﷺ kembali bertanya.
“Saya tak kuat menceritakan itu sekarang, lebih baik baginda menengoknya sendiri.
Rasulullah ﷺ pun bersegera untuk melihat kediaman Ali. Beliau ﷺ mencoba memastikan keadaan Fatimah dan Hasan juga Husein.
Berbeda dari yang dikatakan oleh Ad Du’ali, yang dilihat Rasulullah ﷺ adalah riuh kebahagiaan yang terpancar dari keluarga tersebut.
Ali dan Fatimah tengah berbincang bahagia sembari menyiapkan kurma yang segar dan layak dikonsumsi untuk tamu. Namun, Rasulullah ﷺ nampaknya menyadari bau menyengat dari sisa-sisa gandum dan roti kering basi. Rasulullah ﷺ yang menyadari apa yang terjadi pun akhirnya menangis haru.
Idul Fitri seharusnya menjadi hari yang penuh suka cita. Normalnya orang bersuka cita dalam balutan baju baru dan hidangan istimewa. Namun, Ali dan Fatimah memilih makan makanan yang sudah basi karena ingin menyedekahkan persediaan mereka untuk fakir dan yatim piatu. Bahkan setelahnya, mereka masih mampu memuliakan tamu yang datang kepada mereka dengan kurma yang layak dimakan.
Ali dan keluarganya mengajarkan betapa mudah memaknai Idul Fitri, yakni dengan niat yang ikhlas dan bersyukur. Demikianlah cara putra dan putri Rasulullah ﷺ dalam menjalani Hari Raya Idul Fitri.