MUI Dalam Perspektif Kesejarahan

oleh
oleh

Kembali ke soal Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada awalnya ada sebagai alat daripada rezim Orde Baru dalam memperkuat kekuasaannya yaitu dengan dukungan daripada kelompok Ulama (Brahmana).

Hingga kemudian setelah Reformasi yaitu terjadi kekacauan kekuasaan, MUI tempat berkumpulnya para Ulama yang pada awalnya sebagai faktor pendukung kekuasaan, berbalik menjadi menyerang rezim penguasa. Ini terlihat sejak Gus Dur yang juga adalah seorang Ulama diserang oleh intrik-2 Fatwa MUI, sampai akhirnya Gus Dur merespon dengan pernyataan Bubarkan MUI.

MUI dengan kekuasaan yang dimilikinya serta dengan dukungan ormas – ormas Islam, mulai merasa semakin mampu unjuk gigi melawan Kesatria untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar.

Sebenarnya cukup mengherankan mengapa pada era Gus Dur selaku presiden yang seorang Ulama malah diserang dengan berbagai Fatwa-2 MUI. Namun kalau kita merujuk kembali pada era berkuasanya Vatican menjadi paham bagaimana intrik didalam Vatican sendiri telah membuat dirinya menjadi lemah.

Padahal seharusnya ini sangat tidak diperlukan kalau MUI sadar bahwa posisi dirinya adalah bagian daripada Kasta Brahmana, bukan untuk masuk pada tataran lingkaran eksekutif terlebih disaat kelompok eksekutif sedang sangat kuat-kuatnya di era Jokowi.

Terbukti dengan penangkapan pejabat tinggi MUI oleh Densus 88 sebagai terduga teroris. Ini membuktikan bahwa eksekutif sedang sangat kuatnya dan tidak lagi memerlukan keberadaan kelompok Brahmana ikut ada dalam menjalankan tata kelola kekuasaan.

Maka dalam hal ini penyelesaian berbagai kepentingan faksi didalam MUI selaku corong Ulama (Brahmana). Hanya dapat diselesaikan oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah selaku kelompok terbesar Islam Indonesia untuk mengupayakan agar posisi MUI adalah sebagai mitra eksekutif dan bukan sebagai lawan dalam menjalankan tata kelola negara Indonesia.

Konflik kepentingan didalam struktur internal kasta, hanya bisa diselesaikan oleh para member dari strutur kasta terkaitnya. Mencoba menguasai atau penyelesaian diluar lingkup kelas kastanya hanya akan semakin membuat hancur otoritasnya sendiri.

Penulis : Jeannie Latumahina 

No More Posts Available.

No more pages to load.