Jakarta, sketsindonews – Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memiliki akses air minum dan sanitasi yang layak. Menurut Senior Program Manager Water.org, Aldi Surianingrat, ada 38 juta masyarakat yang belum punya akses sanitasi dan 20 juta orang yang belum punya akses air minum layak.
Padahal akses terhadap air minum di negara berkembang dapat mendorong kualitas hidup masyarakat yang lebih produktif dan sehat. “Yang belum memiliki akses air minum dan sanitasi layak, banyak dari masyarakat khususnya berpenghasilan rendah,” kata Aldi dalam diskusi bertema “Microfinance untuk Pembiayaan Sanitasi dan Air Minum yang Terjangkau Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah” yang diselenggarakan Water.org di GoWork Fatmawati, Jakarta Selatan (22/3).
Menurut Aldi, meningkatkan pembiayaan mikro dapat memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat terhadap infrastruktur air dan sanitasi yang layak. Water.org terus mendorong lembaga keuangan, agar memiliki produk keuangan yang menyasar orang dapat mengakses air minum dan sanitasi.
Sejak 2014, Aldi menjabarkan, sudah lebih 600 ribu rumah tangga yang mendapat pembiayaan yang difasilitasi Water.org. Dari 600 ribu rumah tangga itu, sekitar 3,3 juta jiwa yang menerima manfaat dari pembiayaan untuk mengakses air minum dan sanitasi.
“Yang menarik, jumlah dana yang berputar untuk kredit, untuk membantu rumah tangga, khususnya masyarakat bergolongan rendah itu untuk mencicil, itu sampai Rp1,4 triliun dari 2014. Tetapi masih banyak yang perlu kita kolaborasi lebih lanjut untuk meningkatkan itu,” ujar dia.
Aldi berharap, di momentum hari air sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret ini, semakin banyak masyarakat memahami bahwa persoalan sanitasi dan air minum masih belum tuntas.
Apalagi Mei 2022 nanti Indonesia akan menjadi tuan rumah Sector Minister Meeting (SMM) yang hadir untuk memperkuat kerja sama antara menteri-menteri yang bertanggung jawab atas air, sanitasi, dan kebersihan dari 50 negara.
“SMM 2022 akan diadakan beriringan dengan Konferensi Sanitasi dan Air Minum (KSAN) sebagai wadah strategis untuk mengikat komitmen antar-stakeholders dalam memperbaiki akses air dan sanitasi,” katanya.