Pendidikan bukan hanya persoalan menalar saja karena manusia harus bertahan hidup, manusia mengontrol nafsu, dan mengejawantahkan budaya.
“Persoalan radikalisme dan merawat kebangsaan adalah tanggungjawab kita bersama sebagai seluruh bangsa dengan penguatan civil society,” terangnya.
Perwakilan adat budaya Sunda, Hari Mulya Subagja melihat masyarakat mudah terperdaya oleh propaganda elit politik yang seolah-olah pemilik negara saja. Kemudian terjadi pengkhianatan budaya, ajaran, amanat dan para leluhur bangsa juga pendiri bangsa.
Sehingga, Hari berpendapat harus ada evaluasi persoalan budaya-budaya dan sosial yang berkaitan dengan situasi dan kondisi radikalisme.
“Kita harus berbicara sebagai satu bangsa bukan membawa identitas keagamaan, politik, dan lain-lain. Indonesia kehilangan perasaan dan senasib sebagai satu bangsa,” ujarnya.
Persoalan bangsa ini, menurutnya, juga berkaitan dengan identitas kebangsaan dan budaya yang mulai luntur.
Perwakilan PGWI Jabar, Pdt. Paulus menilai persoalan radikalisme ini tidak sederhana karena sehari-hari menyaksikan seolah baik-baik saja tetapi sebetulnya seperti api dalam sekam.
“Orang yang tampak santun dan agamis ternyata adalah pelaku kekerasan, korupsi, dan kejahatan lainnya, seperti ada terpecahnya kepribadian bangsa,” ucapnya.
Selain itu, kata dia, kurang tegas dan berfungsinya penegakan hukum di Indonesia yang masih tebang pilih.
“Ada kecenderungan agama bisa menjadi sesuatu yang mengadiksi,” imbuhnya.
Mohammad, perwakilan dari GP Ansor Kota Bandung menyampaikan, Pemuda Ansor sedang fokus pada pendidikan moderasi beragama.
Ia menyebut salah satu alasan radikalisme tumbuh subur di Jabar terutama di kota Bandung karena ada bentuk ‘pemeliharaan’ oleh para elit politik.
“Dengan adanya identitas politik menjadi hal yang paling ‘murah’ untuk bisa dijual dalam ajang perpolitikan salah satunya dengan intoleransi,” terangnya.
“Jadi perlu juga menilik persoalan radikalisme dari para elit politik,” sambung Mohammad.
Ia mengingatkan, Kota Bandung punya banyak catatan kelam dalam hal intoleransi.