Wali Kota Medan Lakukan Digitalisasi Sandang dari Pakaian Adat Jadi Busana Siap Pakai

oleh
oleh

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kain adat baik itu ulos maupun songket umumnya masih dihasilkan secara tradisional sehingga produksinya terbatas dan kurang memberi dampak kepada pengrajin kain adat. Apalagi busana adat itu masih terbatas penggunaannya untuk upacara ada saja.

Kondisi itu mendorong suami Kahiyang Ayu, putri Presiden Joko Widodo, itu mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis kearifan lokal.

“Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, kami berupaya untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan berbasis kearifan lokal,” jelas Bobby Nasution beberapa waktu lalu saat presentasi di depan tim juri yang terdiri dari para wartawan senior, akademisi, hingga pengamat kebudayaan dan seni.

Saka Sanwira

Salah satu upayanya melalui Program Satu Kelurahan Satu Sentra Kewirausahaan (Saka Sanwira). Saat ini, program tersebut tengah dikembangkan melalui kolaborasi OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait dengan sasaran para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dan pengrajin binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Medan.

Untuk itu, para pelaku UMKM bersama pengrajin binaan Dekranasda yang bergerak di bidang sandang diberikan wadah untuk mengembangkan diri dalam bidang fashion. Melalui pemanfaatan ekonomi digital, Pemerintah Kota Medan memberi dukungan promosi potensi keunikan dan keunggulan daerah Kota Medan dalam bidang sandang.

Dengan basis kearifan lokal, pewarnaan kain adat dilakukan dengan menggunakan pewarna alami dari buah, daun, kulit, dan bunga mangrove untuk batik. Selain itu, daun, kulit, bunga, dan buah mangrove juga digunakan untuk motif kain, pakaian, tas dan produk-produk hasil kerajinan lainnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.