“Kalau dipersiapkan bagus bisa saja lebih maju dan lebih berkembang. Kalau di Adinegoro, media cetak tetap ada dan eksis, di sini kayak di Medan tetap eksis dan beberapa daerah juga begitu,” pesannya.
Tujuh kategori yang diperlombakan dalam Adinegoro akan tetap dipertahankan, bahkan mungkin bertambah. Mirza memastikan pula kegiatan penghargaan Adinegoro ini akan ditingkatkan menjadi lebih semarak dan besar.
‘PWI akan mendorong terus bagaimana anugerah ini menjadi sebuah kebanggaan, tradisi tentang sebuah kualitas, pencapaian dari karya-karya yang memang diharapkan akan terus bergulir ke depan dan semakin bertambah kekayaan warna jurnalistik Indonesia,” tutup Mirza Zulhadi
Lima dari tujuh pemenang yang hadir yaitu Hayu Yudha Prabowo (Kliktimes.com) lewat karya berjudul ‘Tolong Korban’, Salma Amin (RRI Nunukan) lewat karya berjudul “Tanah Kami Indonesia Selamanya’, Maryo Sarong (Kompas TV) lewat tayangan berjudul ‘Berkas Kompas Episode Siapa Jaya Masyarakat Adat?’, Farid S. Maulana (Jawa Pos) lewat tulisan berjudul ‘Jangan Sampai 135 Nyawa Cuma Jadi Angka: Pengingat dari Lagu, Mural, dan QR Art’, serta Arbi Sumandoyo (Narasi) lewat karya berjudul ‘Momen-momen Brutal Menjelang Kematian Massal.
Dua pemenang lainnya yakni Thommy Thomdean (Harian Kompas) lewat karya ‘Tragedi Bola’ dan Satrio Pangarso Wisanggeni (Kompas.id) lewat tulisan berjudul ‘Mau Cepat Impas, Pilih Kuliah Keguruan atau Kedokteran’.
Sementara para dewan juri yang hadir di antaranya Fachri Mohamad dari Kategori Jurnalistik Radio, Apni Jaya Putra dan Hariqo Wibawa Satria dari Kategori Jurnalistik Video di Media Sosial, Mulharnetti Says dari Kategori Jurnalistik Siber, Noorca Marendra Massardi dan Tjandra Wibowo dari Kategori Jurnalistik Televisi, Asro Kamal Rokan dan Sri Mustika dari Kategori Jurnalistik Cetak, Oscar Motuloh dan Melly Riana Sari dari Kategori Jurnalistik Foto, Gatot Eko Cahyono dan Dolorosa Sinaga dari Kategori Jurnalistik Karikatur.