Syamsunar juga menjelaskan bahwa Indonesia pernah menjadi juara 2 dunia penghasil sampah plastik yang dibuang ke laut. Sedangkan sampah yang masuk ke TPA, hampir 5 juta ton sampah per tahun yang menumpuk tanpa dikelola. Padalah, lanjut dia, jika dikelola oleh desa, sampah bisa meningkatkan perekonomian, baik bagi desa, maupun bagi warganya.
Dengan inovasi teknologi, lanjut Syamsunar, sampah-sampah ini bisa diolah menjadi kaso, papan, kursi, meja, bangku taman, bahkan genteng. Menurut Syamsunar, jika diberi sentuhan seni dengan inovasi teknologi, hasil olahan sampah bisa menjadi kanvas lukisan, hiasan dinding, sampai seni patung.
Penjelasan Syamsunar pun bukan sekedar teori. Dia mengungkapkan hal ini sudah dia implementasikan di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Desa Adat Seminyak, Bali. Meski belum berusia 3 tahun, dengan inovasi teknologi pengelolaan sampah yang dia gawangi, Desa Adat Seminyak telah membuka lapangan kerja bagi lebih dari 50 orang, pendapatan desa perbulan dari hasil pengelolaan sampah tidak kurang dari Rp 200 juta dan mengelola lebih dari 2.400 ton sampah per bulan..