“Saya tidak menanam tembakau lagi karena ada banyak hal yang merugikan. Pertama, durasi panennya terlalu lama. Kedua, secara harga tembakau makin menurun jadi tidak lagi menguntungkan. Terakhir, petani tembakau begitu rentan dengan rantai penipuan yang dilakukan tengkulak,” tuturnya.
Dengan membuka kebun produksi sayuran sekitar 10 hektare di lereng Gunung Merbabu yang subur, ia mendulang keuntungan yang lebih besar dan otomatis menyumbang dampak pada kualitas pangan bergizi masyarakat.
“Untuk transisi dari tembakau ke sayuran memang sulit. Petani harus pelan-pelan kami arahkan, dan kami ajarkan analisis usaha,” ujar Shofyan.
Selain dua narasumber tersebut masih ada sejumlah tokoh muda yang hadir membagikan pengalamann dalam mewujudkan hidup sehat dengan makanan bergizi. Beberapa diantaranya yakni; Puteri Indonesia 2008, Miss International Doctor Athlete & Health Influencer untuk nutrisi dr. Ayu Diandra Sari, MM, M.Gizi, Sp.GK, ada juga Petani Milenial Kabupaten Magelang Rayndra Syahdan Mahmudin, Petani Muda dari Magelang Muhaimin, Oktavian Denta Eko Antoro dari Semarku-Kulon Progo, Rd. Sarah Rauzana Putri dari ASEAN Youth Organization, Nala Amirah dari Green Welfare Indonesia.
Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) merupakan serangkaian acara memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2023 dengan tema “We Need Food Not Tobacco”. ICTOH ke-8 merupakan kerja sama dari Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC IAKMI) dengan MTCC Universitas Muhammadiyah Magelang. Kegiatan ICTOH ke-8 bertujuan mendorong pemerintah Indonesia mengambil kebijakan mengalihkan konsumsi rokok untuk pangan bergizi.
(Eky)