Dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM RI, Dr. Ir. Dadan Kusdiana, M.Sc. mengatakan, Indonesia memiliki potensi EBT yang besar, tersebar, dan beragam untuk mendukung ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT. Air, pangan dan energi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dan dihindari dalam kehidupan sehari-hari.
“Dahulu, Indonesia kaya dari aspek minyak dan gas bumi dimana produksinya banyak namun yang digunakan dalam negeri justru sedikit. Namun saat ini kondisinya terbalik, produksinya semakin sedikit dan konsumsi di dalam negeri semakin banyak,” kata Dadan Kusdiana yang membawakan materi “Kebijakan, Tantangan dan Strategi Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan untuk Mendukung Ketahanan Energi Nasional.”
Dikatakannya, jika saat ini Indonesia tengah menghadapi persoalan kelebihan pasokan (over supply) listrik. Secara umum, kelebihan pasokan listrik ini terjadi di semua wilayah. Akan tetapi yang paling signifikan terjadi di Pulau Jawa. Akibatnya, persoalan ini memberikan dampak pada aspek yang lain. EBT yang ingin didorong oleh pemerintah tertahan dan menuggu pasokan listrik yang berlebihan dapat digunakan terlebih dahulu oleh masyarakat.
“Kombinasi kebijakan dari aspek penggunaan listrik dilakukan untuk menaikan permintaan (demand). Oleh karena itu, pemerintah berupaya menggenjot program kendaraan listrik, pemanfaatan listrik di bidang pertanian, dan pemanfaatan listrik dalam rumah tangga. Pemerintah sudah menetapkan net zero emission (NZE) pada tahun 2060, sehingga diperlukan upaya bersama untuk menurunkan emisi dalam setiap proses kegiatan ekonomi,” kata Dr. Ir. Dadan Kusdiana, M.Sc.
Sementara, Direktur Irigasi dan Rawa Ditjen SDA, Kementerian PUPR RI, Dr. Ismail Widadi, S.T., M.Sc. yang membawakan materi tentang “Potensi Sumber Daya Air dan Tantangan Pengelolaan dalam Mewujudkan Ketahanan Air secara Berkelanjutan,” mengatakan bahwa Indonesia menghadapi isu dan tantangan dalam mendukung ketahanan air dimana belum amannya sumber air baku. Terutama air tanah yang masih menjadi isu dan tantangan dalam pemenuhan kebutuhan air di Indonesia. Secara garis besar, sebagai contoh di DKI Jakarta, ekstraksi air tanah memiliki porsi sebesar 46% dari pemenuhan kebutuhan air domestik yang diukur pada tahun 2018.
“Di sisi lain, penggunaan air tanah juga perlu diperhatikan karena kualitasnya yang tidak terkontrol, sebagai contoh, 45% wilayah Jakarta memiliki air tanah dengan kualitas kritis bahkan tercemar bakteri Escherichia coli,” kata Dr. Ismail Widadi, S.T., M.Sc.