Membangun Soliditas Pedagang Pasar Tradisional di Labuan Bajo

oleh
oleh

Tantangan lain yang dialami oleh pedangan pasar Wae Kelambu adalah akses permodalan. Beberapa pedagang yang ditemui mengatakan bahwa mereka terpaksa berutang pada rentenir yang datang dalam bentuk koperasi harian atau koperasi keliling yang menarik cicilan harian dengan potongan awal dari jumlah pinjaman dalam jumlah cukup besar.

Keterhimpitan modal usaha dan kebutuhan mendesak seperti uang sekolah anak-anak dan tidak layaknya mereka dalam penilaian bank umum untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) membuat koperasi harian yang berbunga 20%-25% ini menjadi jalan keluar sementara mereka yang kemudian menjadi lingkaran masalah yang makin menghimpit kehidupan mereka.

Beratnya tanggungan utang pada koperasi harian atau koperasi keliling ini membuat usaha mereka tidak bisa berkembang.

Mereka berdagang benar-benar hanya untuk menyambung hidup dan menyelamatkan pendidikan anak-anak mereka. Meskipun demikian ada juga pedangan lain yang ditemui terpisah pada pojok sembako ada yang memiliki pandangan berbeda.

Menurutnya, terkait dengan bunga tinggi koperasi keliling atau koperasi harian, itu tergantung masing-masing pribadi dan tidak bisa disamaratakan berlaku untuk semua pedangan. Pedangan harus bisa cerdik dan bijaksana dalam menggunakan uang mereka. Bunga tinggi hingga 20%-25% adalah konsekuensi dari pinjaman yang didapat tanpa urusan administrasi yang rumit seperti di bank umum atau koperasi simpan pinjam berbadan hukum.

Di Pasar Baru Labuan Bajo yang jaraknya sekitar 5 km dari Pasar Wae Kesambi, para pedangan yang jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar tiga puluhan orang menceritakan sepinya pembeli di pasar itu karena konsumen lebih memilih berbelanja di Pasar Waekesambi.

No More Posts Available.

No more pages to load.