Jangan Hanya Tutup Jembatan! Pengamat Bongkar Akar Masalah Tabrakan Mahakam yang Lebih Dalam!

oleh
oleh
Pengamat maritim dari Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC), DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, S.SiT., M.H., M.Mar. (Foto: Istimewa)

Solusi teknis seperti pemasangan fender tidak bisa berdiri sendiri tanpa pembenahan pada aspek kelembagaan dan tata kelola. Hakeng menekankan pentingnya koordinasi lintas lembaga yang lebih responsif. Pemerintah daerah, meskipun tidak memiliki kewenangan formal dalam pengelolaan sungai atau jembatan, memiliki pengetahuan kontekstual dan aspirasi masyarakat yang perlu didengar. Karena itu, perlu ada ruang desentralisasi teknis terbatas yang memungkinkan daerah merespons cepat insiden yang berdampak langsung pada warganya.

Oleh karena itu, pemerintah perlu menyusun insentif atau bantuan langsung bagi masyarakat dan pelaku usaha yang terdampak, agar stabilitas sosial tetap terjaga dan proses pemulihan tidak terganggu oleh resistensi sosial. “Maka reformasi tata kelola pelayaran sungai dan infrastruktur pendukung harus diarahkan pada integrasi data dan pemantauan teknologi. Penempatan alat bantu navigasi seperti lampu, radar, dan kamera pemantau harus diperkuat untuk meminimalkan potensi kecelakaan,” ujar DR. Capt. Marcellus Hakeng yang juga KaBid Penataan dan Distribusi Kader Pengurus Pusat Pemuda Katolik

Zona pelayaran juga harus ditata ulang agar setiap kapal memiliki jalur aman yang tidak membahayakan struktur jembatan. Sistem peringatan dini atau early warning system juga dapat diterapkan agar kapal yang mengalami masalah teknis dapat diintervensi sebelum memasuki area kritis. Dengan teknologi yang tersedia saat ini, pendekatan semacam ini sangat mungkin dilakukan, dan tidak memerlukan biaya besar bila dibandingkan dengan kerugian akibat kerusakan infrastruktur.

Bagaimanapun juga, Hakeng mengingatkan, bahwa insiden tabrakan kapal tongkang dengan Jembatan Mahakam adalah momentum penting untuk mereformasi cara kita memandang infrastruktur strategis. Tidak cukup hanya membangun jembatan yang kokoh, tetapi juga perlu membangun sistem protektif, tata kelola yang adaptif, dan mekanisme kolaboratif lintas sektor.

No More Posts Available.

No more pages to load.