Kementan selama ini telah menjalin kemitraan erat dengan FATETA IPB. Salah satu bentuk kerja sama yang signifikan adalah pendirian Politeknik Engineering Pertanian Indonesia, yang telah beroperasi selama empat tahun dan didukung penuh oleh para dosen FATETA sebagai pengajar maupun penyusun kurikulum.
“Banyak sekali hasil-hasil dari FATETA inovasi teknologi yang kemudian kita adop, kita diseminasikan, digunakan oleh para petani-petani kita di lapangan. Dosen FATETA tidak hanya menjadi mitra teknis. Banyak staf yang melanjutkan studi S2 dan S3 di FATETA kemudian ini menjadi kiblat bagi teknologi pertanian atau penerapan mekanisasi pertanian yang ada di Indonesia terutama di Kementerian Pertanian,” kata Santi lagi.
Dikesempatan yang sama, Ketua Himpunan Alumni FATETA IPB, Luhur Budiarso, menyatakan kesiapannya untuk terus bersinergi dengan Kementan. Ia menyebutkan bahwa pertanian saat ini menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan dalam menghadapai tantangan tersebut harus melibatkan semua pihak.
”Pak Prabowo melalui Asta Cita, menekankan betapa pertanian ini menjadi gara terdepan. Pertaruhan kita, ada empat program utama dan ini kita jawab, tantangan ini kita terima sebagai satu hal yang harus kita kerjakan bersama. Ini gak bisa ada satu orang yang bisa mengklaim atau mengelola sendiri, karena tantangan sangat besar, sehingga tentu dibutuhkan sinergi, Dibutuhkan gandeng tangan dari semua pihak, termasuk dari alumni, industri, dan dari kampus sendiri.” papar Luhur
Ia juga mendukung penuh rencana pendirian sekolah teknik pertanian sebagai bagian dari upaya memperkuat sistem inovasi dan hilirisasi teknologi.