Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati mengatakan pihaknya telah melakukan kunjungan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap Klinik DBC yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya lantaran diduga melakukan malpraktek di Jakarta Timur.
Ani membeberkan temuan yang didapati pihaknya saat kunjungan tersebut, yakni Klinik tersebut dalam kondisi renovasi besar dan tidak tampak kegiatan layanan kesehatan di klinik tersebut.
“Tidak tampak adanya petugas klinik maupun pemilik klinik,” kata Ani saat dihubungi sketsindonews.com, Sabtu (21/6/25).
Menindaklanjuti temuan di atas, Ani bilang, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur telah melakukan koordinasi dengan pihak klinik utama.
“Klinik membuat dan mengirimkan surat resmi ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur terkait informasi penutupan sementara klinik (alasan penutupan dan waktu penutupan klinik). Dan Klinik membuat informasi penutupan sementara layanan klinik baik di lokasi klinik dan di media sosial klinik, serta tidak melakukan layanan tindakan klinik sampai renovasi klinik selesai,” ucapnya.
Kendati demikian, Ani masih enggan menanggapi terkait izin klinik tersebut ataupun dokter yang melakukan praktek di klinik tersebut.
Sampai berita ini ditayangkan, Herwin Meifendy, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur masih belum merespon saat sketsindonews.com berusaha menghubungi pada Senin 23 Juni 2025.
Sebelumnya ramai diberitakan, Tiga perempuan berinsial NH (31), NHC (27), dan UN (29) melaporkan sebuah klinik kecantikan DBC yang berada di wilayah Jakarta Timur ke Polda Metro Jaya. Ketiganya melaporkan atas dugaan malpraktik yang dilakukan.
“Kedatangan kami pada sore hari ini ke Polda Metro Jaya adalah untuk melaporkan dugaan malpraktik yang dialami oleh tiga klien kami, yang dilakukan oleh salah satu klinik yang bertempat di Jakarta Timur dengan inisial DBC,” kata kuasa hukum korban, Andreas Hari Susanto Marbun kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Rabu (14/5/25).
Laporan ini teregister dengan nomor STTLP/B/3196/V/2025/SPKT/POLDA METRO JAYA. Selain klinik, pihaknya turut melaporkan pihak dokter yang menangani berinisial SFT serta seorang marketing berinisial RP atau B.
Hingga berita ini ditayangkan, sketsindonews.com masih terus berusaha meminta tanggapan dari pihak klinik.