“MBG butuh pasokan pangan lokal yang bergizi, sementara BGN bisa menjadi offtaker bagi jagung untuk disalurkan ke dapur-dapur sekolah. Ini menciptakan sirkulasi ekonomi dari petani ke koperasi, lalu ke MBG dan BGN,” paparnya.
Untuk mempercepat implementasi, Manimbang mengusulkan pengembangan koperasi jagung di setiap kecamatan, penetapan harga pembelian pemerintah (HPP), serta pembangunan infrastruktur mini seperti gudang dan dryer. Ia juga mendorong integrasi sistem logistik nasional untuk komoditas jagung.
Mengakhiri paparannya, Manimbang menyampaikan seruan sinergi antara petani, negara, dan koperasi sebagai fondasi kedaulatan pangan.
“Jagung bukan sekadar hasil tani, tapi pilar ketahanan nasional. Kedaulatan pangan hanya bisa diwujudkan jika desa menjadi pusat produksi yang kuat, negara memberikan perlindungan, dan koperasi menjadi jembatan distribusi nilai,” pungkasnya.
Hadir juga sebagai pembicara dalam kegiatan ini antara lain, Brigjen Pol Langgeng Purnomo, S.I.K. – Karobinkar SSDM Polri/Satgas Pangan Polri, Devied Sofyan – Kapoksi Jasela, Kementerian Pertanian, Prof. Dr. Ir. Ali Zum Mashar – Akademisi, Desianto Budi Utomo – Perwakilan PT Charoen Pokphand Indonesia serta moderator Kombes Pol Dr. Endro Sulaksono, S.Kom., M.Si.