Wakil Menteri Kesehatan RI, dr. Benyamin Paulus Octavianus, memaparkan perkembangan pemulihan layanan kesehatan pasca bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dalam temu media di Gedung Adhyatma, Jumat (5/12). Peninjauan lapangan dilakukan sejak Selasa (3/12) atas arahan Menteri Kesehatan, melanjutkan kerja tim Pusat Krisis Kesehatan yang sudah berada di lokasi sejak awal kejadian.
Per 4 Desember 2025, tercatat 31 rumah sakit dan 156 puskesmas terdampak. Aceh menjadi wilayah paling terdampak dengan 13 rumah sakit dan 122 puskesmas, disusul Sumatera Utara dengan 18 rumah sakit dan 25 puskesmas, serta Sumatera Barat dengan 9 puskesmas.
Saat ini sebagian fasilitas telah kembali beroperasi. Di Aceh, tiga rumah sakit dan 55 puskesmas mulai melayani masyarakat. Di Sumatera Utara, 15 rumah sakit dan seluruh 25 puskesmas kembali berjalan. Sementara seluruh fasilitas kesehatan di Sumatera Barat telah berfungsi normal.
Masih ada sejumlah fasilitas yang belum dapat beroperasi, yaitu 10 rumah sakit dan 65 puskesmas di Aceh serta tiga rumah sakit di Sumatera Utara. Beberapa fasilitas mengalami kerusakan berat, termasuk enam rumah sakit di Aceh dan empat rumah sakit di Sumatera Utara, seperti RS Tanjung Pura, RSU Pertamina Pangkalan Brandan, RSK Mata Provinsi Sumut, dan RSU Sundari. Di Sumatera Barat, tidak ada rumah sakit dengan kerusakan berat.
Wamenkes menyoroti kondisi di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang terdampak paling parah. Banjir yang tak kunjung surut selama sembilan hari merendam lantai satu rumah sakit dan merusak seluruh peralatannya.
“Kami bersyukur ada rumah sakit swasta yang berada di dataran lebih tinggi sehingga pasien bisa dialihkan ke RS Putri Bidadari,” ujar dr. Benny.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Sumarjaya menambahkan, seluruh wilayah terdampak kini sudah terjangkau layanan kesehatan melalui jalur laut, udara, dan darat. Jalur laut digunakan untuk pengiriman logistik dan tenaga kesehatan, jalur udara menjangkau daerah terisolasi, sedangkan akses darat mulai terbuka seiring surutnya banjir.
Di Aceh Tamiang, wilayah yang sebelumnya tidak terjangkau kini sudah mendapat layanan setelah adanya laporan warga. Tim Kemenkes bergerak cepat dengan membawa tenaga medis dan dua kendaraan logistik.
“Daerah yang kemarin belum tersentuh kini sudah terlayani, baik melalui udara maupun jalur darat yang mulai terbuka,” jelasnya.
Kemenkes terus berkoordinasi dengan dinas kesehatan daerah untuk memastikan distribusi obat, pelayanan gawat darurat, dan pembersihan fasilitas berjalan optimal. Tenaga kesehatan dari berbagai instansi—termasuk RSUD, tenaga daerah, relawan, serta bantuan dari Jawa Timur dan RSCM—dikerahkan untuk membuka akses layanan, memberikan pelayanan bergerak, dan membersihkan fasilitas yang terdampak lumpur maupun banjir.
Proses pemulihan menunjukkan dinamika berbeda di tiap provinsi. Di Aceh, sebagian besar fasilitas terdampak lumpur sehingga pembersihan dapat dilakukan lebih cepat dan layanan mulai pulih. Di Langkat dan Medan, genangan masih tinggi sehingga pembersihan belum bisa dilakukan. Sementara di Sumatera Barat, pemulihan berlangsung lebih cepat karena banjir cepat surut dan kerusakan infrastruktur relatif ringan.






