Cerita Pertama Kapolsek Baru Memijak Kota Pamekasan

oleh
oleh
banner 970x250

Pamekasan, sketsindonews – Ada yang baru di Kantor Kepolisian Sektor Kota Pamekasan. Siapa lagi kalau bukan AKP Daky Dzul Qornain. Dia menjabat ‘Kapolsek Baru’ menggantikan AKP Purwanto.

Dari sisi identitas, tak banyak masyarakat tahu, jika sosok seorang Daky bukanlah orang luar, melainkan asli warga Pamekasan dari Desa/Kecamatan Galis. 

Namun dalam menjalani karirnya, Daky sudah melalang buana, salah satunya pernah menjabat Kasatreskrim Polres Bojonegoro. 

Daky menjabat Kapolsek Kota Pamekasan tampak semringah. Penyebabnya karena kedekatan dengan keluarga. Berbeda saat masih bertugas di Polsek Galis Bangkalan yang sering jarang kumpul. 

“Paling tiga sampai empat hari pulangnya. Kalau sering ditinggal, kasihan anak buah,” kata Daky saat ditemui di kantornya, Jumat (13/3/2020). 

Daky bercerita panjang soal pengalamannya di bintara polisi saat jadi bagian dalam kondusifitas keamanan wilayah. Dalah hal ini, ketertiban tidak bisa hanya dijunjung kepolisian, pihak tertentu disebut juga penting peranannya. 

“Termasuk wartawan, LSM, dan aktivis, serta tokoh masyarakat. Misalkan dalam penanganan kasus, tokoh ini penting memberi dukungan moril terhadap polisi,” ujarnya. 

Di awal pertemuan saat didatangi sketsindonews, dia tak terlihat gugup, bahkan pembicaraan seputar sinergitas polisi dengan sejumlah elemen masyarakat jadi misi pertama yang harus dibangun. 

Masyarakat kota pada umumnya, Daky menerawang dengan membaca sikap dan karakternya. Hal demikian diketahui setelah baru-baru ini menjalin hubungan silaturrahmi. 

“Banyak pengalaman masyarakat menilai tentang kinerja polisi. Keluhan dan masukan tetap ditampung,” ungkapnya. 

Masukan masyarakat merupakan motivasi besar baginya. Sehingga polisi tidak selalu dihadapkan dengan stigma kurang baik ketika dihadapkan dengan masalah kasus. 

“Selain memberi masukan, mereka juga menyampaikan keluhannya,” paparnya. 

Keluhan tersebut antara lain, kurangnya kontrol pemerintah terhadap pengawasan anak muda. Sebab ketika malam hari, cenderung menaruh kesan meresahkan. Biasanya anak ini berkumpul hingga larut malam. 

“Selain itu, masyarakat merasa dibisingkan dengan knalpot brong yang digunakan sepeda motor. Padahal ini datangnya dari luar,” katanya. 

Meski demikian, Daky tidak akan diam. Dia punya cara dalam meminimalisir perbutan sensitifitas anak muda yang cenderung dinilai kurang baik. 

“Makanya semua harus saling berpangku tangan untuk sama-sama menjaga ketertiban wilayah, khususnya di Kota Pamekasan,” kata dia. 

(nru/pwk) 

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.