Mulai Sosiolog Hingga Tokoh Local Johar Baru Mudah di Sulut Tawuran

oleh
oleh
banner 970x250

Jakarta,  sketsindonews – Tawuran Johar Baru yang kerap memicu hanya persoalan sepele oleh seorang iseng tentunya menjadi penyulut wilayah itu tak pernah selesai dari masalah sosial yang bikin repot semua pihak.

Permintaan Ketua RW 01 Utji Sanusi kepada Prof Musni Umar sosiolog sekaligus rektor Universitas Ibnu Chaldun agar pihaknya dimediasi,  dia dan beberapa tokoh masyarakat mau  bertemu Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk membicarakan masalah tawuran di daerahnya. Saya menyanggupi karena masyarakat Johar Baru mempunyai sejarah yang panjang dengan saya sebagai sosiolog, ujar Musni. (21/2)

banner 300x600

Menjelang akhir pemerintahan Fauzi Bowo sebagai Gubernur DKI Jakarta tahun 2013, para sosiolog seperti Imam Prasodjo, Paulus Wirutomo dan saya diundang oleh pemerintah DKI untuk melakukan penelitian di Johar Baru Jakarta Pusat dan di Manggarai Jakarta Selatan dan melakukan sosialisasi untuk meredam tawuran yang sangat marak saat itu.

Kawasan Johar Baru merupakan bagian dari 220 kampung padat, kumuh dan miskin di DKI Jakarta. Almarhum AM Fatwa, anggota DPD RI menyebut dengan akronim Padkumis (padat miskin) yang terdapat di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang diprogramkan mau ditata dan dikembangkan oleh Gubernur Anies dan Wagub Sandi.

Semua kawasan tersebut mengandung banyak masalah sosial yang selama 50 tahun Indonesia membangun gagal mengubah nasib mereka hingga saat ini.

Masalah Masyarakat

Kesalahan kita selama ini,  hanya melihat masalah yang terjadi. Tidak pernah mau mengungkap dan menyelesaikan akar masalah yang dialami masyarakat. Misalnya masalah tawuran yang sering terjadi dibeberapa kawasan di DKI Jakarta, sudah sering dikemukakan akar masalahnya, tetapi pemerintah hanya menghentikan peristiwanya dengan mengerahkan polisi.

Pembangunan ekonomi yang dilakukan selama 50 tahun justeru gagal mengatasi masalah sosial yang dialami masyarakat sebelum dan sesudah Indonesia merdeka yaitu kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.

Mengapa pembangunan gagal di Indonesia? Jawabannya,  karena kunci kemajuan tidak diutamakan dalam pembangunan yaitu membangun masyarakat dengan ilmu seperti dikemukakan dalam Alqur’an surat Al ‘Alaq ayat 1-15 yaitu lima ayat yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW intinya “perintah membaca dan menulis”, yang merupakan kunci untuk mendapatkan ilmu, jelas Musni.

Begitu pula Allah menceritakan dalam Alqur’an surat An Naml ayat 15 tentang kehebatan kerajaan Nabi Sulaiman dan Dawud seperti firmanNya “Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman, dan keduanya berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah melebihkan kami dari dari banyak hamba-hambaNya yang beriman”.

Peran Tokoh

Pembangunan memerlukan partisipasi masyakat terutama para tokoh.

Makna tokoh menurut kamus  besar bahasa Indonesja adalah orang terkemuka dan kenamaan.  Makna lain dari tokoh adalah pemegang peran (peran utama).

Di dalam sebuah negara,  masyarakat terpregmentasi ke dalam berbagai aktivitas dan  kelompok.

Mereka yang mempunyai profesi yang sama pada umumnya mempunyai organisasi untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan mereka.  Setiap organisasi  atau kelompok memiliki tokoh, ada tokoh politik, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pengusaha, tokoh masyarakat dan lain sebagainya.

Juga organisasi paling bawah di pemerintahan seperti RT dan RW, ketuanya dipilih dari tokoh  masyarakat di setiap lingkungan.

Para tokoh mempunyai pengaruh dilingkungannya. Mereka yang memegang kekuasaan dan  memiliki banyak uang dan suka menyumbang untuk kegiatan sosial, mempunyai pengaruh yang lebih besar ketimbang dari para tokoh kebanyakan.

Pertanyaannya, peran apa yang bisa dilakukan para tokoh untuk mengatasi masalah tawuran, kemiskinan dan kesenjangan?

Menurut saya, para tokoh dapat berperan untuk membantu mengatasi penyebab masalah sosial dan memajukan masyarakat bawah.

Pertama, menjadi jembatan untuk untuk menyampaikan dan memperjuangkan pemecahan akar masalah yang dihadapi masyarakat kepada mereka yang berkuasa.

Kedua, menjadi pencerah, penyadar dan pemberdaya masyarakat bawah dengan memberi ilmu dan semangat hidup kepada mereka.

Ketiga, memberi solusi dan jalan keluar kepada masyarakat terhadap masalah yang dihadapi diminta ataupun tidak diminta.

Keempat, menggalang solidaritas dan kependulian masyarakat kelas menengah dan atas untuk membantu masyarakat bawah terutama para pemuda  untuk memperoleh pendidikan kepakaran sehingga mampu membuka usaha sendiri dan atau bekerja pada pihak lain.

Kelima, terlibat langsung ataupun tidak langsung memajukan anak-anak mereka untuk mendapat pendidikan formal yang tinggi sebagai sarana meraih ilmu pengetahuan dan kemajuan.

Dengan melakukan lima hal yang dikemukakan, maka secara langsung atau tidak langsung, para tokoh telah berkontribusi mengatasi tawuran, kemiskinan dan kesenjangan di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia, papar Musni.

Namun sisi lain banyak warga Jakarta juga bertanya, “Apakah iya semuanya persoalan miskin, sehingga masalah tawuran Johar Baru tak pernah selesai”,  ujar Aktivis Lingkungan Joko Sardjono

Sudah banyak program diturunkan di Johar Baru oleh Pemprov DKI dalam memperdayakan fungsi sosial antar warga, tapi hal ini tidak menjadi pengikat pola pikir warga.

“Bila dilihat dalam kacamata yang ada semua kegiatan ekonomi berjalan hingga warga dapat bisa mencukupi hal kaitan dengan kehidupan, dimana dalam kebutuhan rumah kecilpun punya fasilitas, baik TV,  motor bahkan fasilitas lain”.

Jadi, tak semua ini faktor ekonomi tapi kalo bicara padat serta pendidikan dalam menunjang pola pikir dan kurangnya peduli ini ada faktornya,  sambung Djoko.

Karena secara substansi semua tokoh, ulama, tokoh pemuda banyak yang ada di wilayah Johar Baru, apalagi Lurah Camat tak segan dalam terus memperdayakan tata lingkungan dalam membangun komunikasi antar kelompok.

reporter : nanorame

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.