Tentunya, terkait kepastian waktu tempuh dari setiap koridor yang ada serta maksimalisasi migrasi pengguna kendaraan pribadi ke transportasi massal.
‘”Saya rasa masih banyak yang belum berubah dan harus dibenahi, secara terintegrasi,” tuturnya.
Azas mengatakan, pencitraan yang dimaksudkan adalah untuk laporan kepada Gubernur bahwa ada perbaikan layanan transportasi ibukota. Padahal kenyatannya masih jauh dari layak. Seperti keberaadaan kopaja yang bergabung dengan transjakarta.
“Kondisinya makin memprihatinkan. Harapan saya jika memang merubah tagline harusnya memang sudah berubah secara keseluruhan baik dari segi pelayanan, operasional dan ketahanan,” menurut pendapatnya.