Jakarta, sketsindonews – Indonesia memiliki Komparatif Advantage, yaitu besarnya tenaga kerja, dan demografik angkatan kerja yang besar.
“Kaum Kapitalis” akan melihat hal ini sebagai Peluang; yaitu yaitu tenaga kerja yang murah.
Sehingga berbondong mereka membuka usaha yg padat karya di Indonesia; seperti Pabrik-Pabrik, itu akan bisa saja terjadi, ujar Andrew Parengkuan Aktivis dan Pengamat Perbankan di Jakarta. (5/8)
Rakyat diberi pekerjaan di pabrik-pabrik dan tempat-tempat kerja lainnya, tetapi dengan upah yang sangat rendah.
“Penguasa” akan berkata, kami telah berhasil menyediakan lapangan kerja bagi rakyat. (dengan upah murah, tentunya).
Investasi sektor riil berkembang, sehingga roda perekonomian berputar dan rakyat menikmati perputaran ekonominya.
Iya tapi kekayaan dan keuntungan terbesar lari kepada para Kapitalis yang jadi makin kaya dan para Koruptor yang kecipratan, sedangkan rakyat terbesar masih tetap tidak dapat hidup layak.
Walaupun terlihat terjadi pertumbuhan ekonomi, tetapi kesenjangan antara si kaya dan si miskin makin lebar, papar Andrew.
“Para aktivis”mengatakan bahwa ini adalah eksploitasi manusia dengan upah rendah.
Maka mulailah diorganisir para buruh untuk menuntut kenaikan upah yang tidak akan pernah ada habisnya, karena ada kepentingan juga (politik dan uang) di dalam pemberdayaan basis massa tersebut; dan pada kenyataannya memang upah para buruh sangat jauh dari disebut layak, akan terus menjadi issu straegis yang akan menjadi alat kepentingan.