Jakarta, sketsindonews – Kini pilkada serentak digelar serentak di Indonesia dengan beragam gula – gula janji harapan saat mencari pembenaran dari yang paling benar diatas pentas mereka menamakan pesta demokrasi untuk rakyat katanya.
Kita lihat saja pernik itu telah banyak mengambil kesempatan bahkan tikungan bahkan transaksional telah diperlihatkan untuk saling dukung, ujar Deny JA. (12/01)
Ada calon pemimpin bersama
Seorang hulu balang pidato pembuka
“Tuan dan puan,
Sambutlah tahun politik yang kini bergema di negeri ini.
Gegap gempita tepuk tangan
250 juta penonton dari Aceh hingga Papua.
Ada yang berdiri.
Ada yang siul cuit cuit
Ada yang yel yel, sorak penuh harap menanti kemenangan membahana
Sang hulu balang umumkan acara:
“Akan ada nyanyian dangdut dan tarian
Kontenstan para kepala daerah
171 wilayah.
Puncak acara,
Bersiaplah sambut para calon lurah
Yang akan pimpin ini negeri.
Tuan dan puan,
It is show time.
Sambutlah tahun politik saat ini.
Tirai terbuka
Gong dibunyikan
Kertas warna warni turun dari plafon
Pesta dimulai
Tapi Anwar diam terpaku.
Di barisan penonton yang bersorak,
Anwar dingin berjarak.
Terpisah dari kumpulan tepuk tangan.
Tahun politik dibencinya dari segala.
Celaka, ujar Anwar.
Akan datang lagi para amatir.
Para anak bawang tak ngerti masalah
Sekedar ingin kuasa.
Nasib orang banyak dipertaruhkan.