Ada beberapa titik pasar yang terlihat kondisinya sangat prihatin, diantaranya Pasar Serdang, Pasar Ksbon Melati, Pasar Gardu Asam dan Pasar Karang Anyar yang awalnya akan dibangun pada tahun 2018 hingga saat ini tak jelas, terang Joko yang akrab di sapa Joko Edan.
Pantauan sketsindonews.com dilapangan, wajah pasar tradisional yang kondisinya rusak berat juga ditemukan di pasar Timbul Kartini, Sawah Besar. Selain mengeluarkan aroma bau menyengat dari sampah pedagang yang ditumpukan di countener depan pasar, kondisi pasar ini juga hampir ambruk.
Menanggapi masalah ini, Ketua Lembaga Pemantau Penyimpangan Aparatur Daerah (LP2AD) Victor Irianto Napitupulu menyatakan, keprihatinannya terhadap pasar tradisonal yang dikelola PD Pasar Jaya. Menurutnya, pihak PD Pasar Jaya selaku laeding sektor yang mengelola keberadaan pasar tradisional hanya menguntung kan diri sendiri dari sewa menyewa para pedagang. Tanpa memperhatikan keberadaan pasar yang semakin hari semakin kumuh, kotor dan semrawut.
“Seharusnya pasar tradisional dapat tertata dengan rapih. Sehingga masyarakat bisa nyaman mengunjungi pasar tersebut. Tapi ironisnya keberadaan pasar di DKI ini malah kumuh dan semrawut seperti itu,” ungkap Victor, Minggu (28/01) sore.
Ia pun menyayangkan, pengelolaan aset BUMD ini dinilai management seperti “warung kopi dan tidak profesional”.
Victor kembali menegaskan, terkait dengan pasar ada Peraturan Daerah (Perda) nomor: 2 tahun 2002 tentang perpasaran, dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.