G30S/PKI Polemik Setengah Abad, Beraroma Ideologi

oleh
oleh
Kuasa Hukum Korban First Travel, Riesqi Rahmadiansyah saat mendampingi korban First Travel melakukan aksi di depan Kementerian Agama, Jumat (16/3). (dok. sketsindonews.com)

Oleh: Riesqi Rahmadiansyah, Pegiat Hak Asasi Manusia dan Ketua Umum Advokat Pro Rakyat

Opini, sketsindonews – Terbersit Kalimat PKI tentu siapapun akan sangat defensif mendengar kata tersebut, mengapa demikian, stigmanya adalah ketika kita kaitkan dengan indikasi tidak berTuhan, dan sadis, itulah rekaman yang terlintas ketika mendengar hal tersebut, apa ide dasar dari PKI?, atau apa itu PKI?, apa kaitannya dengan G30S/PKI?, mengapa sekarang ramai tentang PKI?,

Sebelum berangkat ke PKI kita harus simak tulisan singkat berikut, PKI itu merupakan Muara dari Pikiran Marxisme, yang seringkali diasosiasikan dengan tragedi dan katastrofi horor yang terjadi di Uni Sovyet dan negara-negara di blok Komunis semasa Perang Dingin.

Kebrutalan rejim-rejim Stalinis tentu merupakan kegagalan besar yang perlu diakui secara jujur, sekaligus merupakan tamparan yang keras bagi gerakan Kiri di berbagai belahan dunia.

Namun, bukan berarti bahwa Marxisme sebagai sebuah metode keilmuan telah bangkrut dan gagal, baik secara keilmuan maupun dalam usaha menginspirasi transformasi sosial di tatanan empirik.

Pembatasan jam kerja untuk buruh, negara kesejahteraan, jaminan sosial, program-program ini adalah segelintir pencapaian-pencapaian politik progresif yang diilhami oleh Marxisme.

Didalam konteks negara-negara dunia ketiga, sumbangsih Marxisme bagi ilmu sosial kritis, gerakan rakyat dan usaha-usaha pembebasan nasional tak dapat diabaikan. Gerakan petani di Chiapas, Meksiko; eksperimen Bolivarian di Venezuela; gerakan Occupy di Amerika Serikat; gelombang revolusi di Jazirah Arab; gerakan Kiri Baru di Eropa Barat pada dekade 1960an; hingga usaha pembebasan nasional di berbagai negara di Asia Tenggara; dan masih banyak contoh lain merupakan bukti bahwa Marxisme dapat menjadi dasar dan inspirasi bagi politik resistensi, demi mewujudkan suatu visi demokrasi yang radikal, deliberatif, dan emansipatoris, tetapi dalam tulisan ini kita tidak akan membahas masalah Maxisme dan saudara-saudara nya.

Selain perdebatan bahwa, siapa dalang dari G30S/PKI, ada juga isu berhembus bahwa kejadian tersebut ditunggangi oleh CIA, banyak tulisan yang berkembang mengarahkan kepada hal tersebut, bahkan beberapa blog-blog mengaitkan dengan Tambang Emas terbesar di Dunia, di Grasberg/Timika, Papua. Simpanlah hal tersebut dalam buku saku masing-masing individu, sesuatu yang belum terlihat dengan mata kepala bukanlah hal yang layak dimasukan dalam ranah Rekonsiliasi, tetapi Undang Undang tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi sudah di batalkan oleh Mahkamah Konstitusi, lantas bagaimana kita mengetahui kejadian tersebut?

Membahas hal diatas bisa dikatagorikan sebagai membahas hal-hal ghaib, kenapa?karena sulit dibuktikan secara nyata.

Tetapi apa yang harus kita buktikan dan dibahas, tentu adalah Pasca G30S/PKI, dalam opini ini saya sampaikan bahwa G30S/PKI adalah suatu upaya perebutan kekuasaan, mengapa demikian?, yang paling terlihat adalah pasca kejadian tersebut munculnya Jimat Sakti bernama Supersemar, yang sampai sekarang juga belum tau keabsahannya, tetapi cukup aneh, mengingat menurut Undang Undang Dasar 1945 yang berlaku pada saat kejadian perpindahan kekuasaan tersebut Bahwa dalam Pasal 6 ayat 2, Presiden dan Wakil Nya dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Perwakilan dengan suara terbanyak, bukan dengan Supersemar.

No More Posts Available.

No more pages to load.