Jakarta, sketsindonews – Memilih sosok yang pantas mendapingi Presiden dan Wakil Presiden dalam mengisi Kabinet kerja bukanlah hal mudah, dimana keinginan masyarakat selalu dibenturkan dengan kepentingan Politik.
Reshuffle kabinet pada periode 2014-2019 menjadi bukti bahwa Presiden Jokowi membutuhkan sosok yang cocok dalam menjalankan nawacita.
Dan kali ini, tim sketsindonews.com mencoba menghubungi Presiden Elect PB IDI dr Adib Khumaidi, SpOT untuk mempertanyakan kriteria yang cocok menjabat sebagai Menteri Kesehatan.
“Kalau prespektif dari saya baik secara pribadi, ya progesif saya sebagai dokter maka yang utama sebenarnya figur yang dibutuhkan didalam posisi menteri kesehatan itu yang paham tentang permasalahan kesehatan di Indonesia,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (17/10/19).
Menurutnya, permasalahan kesehatan di Indonesia itu dilihat dari tiga permasalahan utama yakni sistem didalam pelayanan, sistem pembiayaan dan terakhir sistem pendidikan untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kesehatan, seperti dokter dan tenaga kesehatan lainnya. “Tinggal bagaimana yang bisa menguasai dari itu aja,” katanya.
Namun, kata Adib ada prespektif lain yang juga diperhatikan didalam pelayanan bukan hanya Kuratif saja tapi harus ada preventif promotif.
Dimana Preventif promotif inilah yang harus banyak diperankan oleh regulator dalam hal ini adalah kementerian kesehatan dan seluruh jajaran dibawahnya.
“Meningkatkan terkait dengan program-program preventif promotif agar efisiensi di kuratifnya itu tidak terjadi karena sudah paradigmanya adalah mengarah pada paradigma sehat didalam konsep pembangunan kesehatan dibidang preventif dan promotifnya,” terangnya.
Capaian Menkes Terdahulu
Melalui hasil analisa dan diskusi terkait program-program di Kementerian Kesehatan yang dilakukan selama ini, secara tegas Adib mengatakan bahwa preventif promotif masih belum maksimal untuk dilakukan.
Preventif promotif yang dimaksud salah satunya adalah merevitalisasi peran puskesmas, menurutnya peran puskesmas saat ini lebih banyak masuk pada area kuratif, karena masuk pada program jaminan kesehatan nasional atau bpjs sehingga esensi dalam 10 pokok program kesmas yang adalah intinya preventif promotif itu kurang berjalan maksimal karena terbebani. “Puskesmas terbebani didalam program-program yang nerkaitan dengan kuratif,” katanya.
“Ini yang saya kira nantinya jadi konsen utama pada saat bicara terkait dengan tugas di Kementerian Kesehatan yang nanti berimplikasi pada sebuah figur untuk memimpin didalam Kemenyterian Kesehatan harus paham dengan masalah preventif dan promotif ini,” tambahnya, memaparkan dari sudut pandang dalam sistem pelayanan.
Dari sudut pandang lain, juga harus mempersiapkan SDM dalam kaitan sistem pendidikan untuk tenaga kesehatan, sistem pendidikan untuk tenaga pendukung lain dalam kesehatan baik dari dokter gigi hingga dokter spesialis.
“Bagaimana nanti SDM itu disiapkan, yakni tidak bisa melepaskan diri bahwa Kementerian Kesehatan harus bersinergi dengan Kementerian Pendidikan Tinggi supaya sama-sama mempersiapkan SDM,” sarannya.
“Tapi yang paling penting lagi adalah mempersiapkan SDM dengan era Revolusi Industri 4.0 ini, untuk perspektif jangka panjang,” tambahnya.
Kolaborasi antar Kementerian ini menurutnya sangat penting untuk memahami kebutuhan SDM di Kementerian Kesehatan, dimana tenaga SDM yang dibutuhkan oleh Kementerian Kesehatan dibuat Maping atau ditentukan Need and Demand.
Hal tersebut yang kemudian akhirnya dikorelasikan dan dipersiapkan oleh Kementerian Pendidikan, dan selama ini kata Adib belom berjalan.
“Satu sisi semua memprodukai tapi apakah produksi itu termanfaatkan oleh Kementerian Kesehatan dalam hal ini SDMnya , itu bisa jadi permasalahan kedepan, jangan sampai nanti dikatakan over supply dokter, over supply perawat ya itu yang harus ditekankan juga disitu,” terangnya.
Sosok Yang Cocok
Saat ditanya apakah saat ini ada sosok dokter yang cocok menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Adib enggan menyampaikan siapa yang menurutnya cocok, dia hanya menekankan bahwa apa yang telah disampaikan tersebut menjadi tanggungjawab dari Menkes terpilih nanti.
“Itu bisa juga dijadikan acuan bahwa yang diharapkan yang jadi pemimpin kemenkes harus paham terkait dengan yang tadi saya sampaikan itu,” ujarnya.
Sebagai Ketua terpilih Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Adib menggaris bawahi dan kembali mempertegas bahwa tugas dari Menkes itu adalah yang telah disampaikannya, namun mengenai figur dia lebih menyerahkam kepada Presiden RI.
“PR kita di bidang kesehatan itu cukup banyak memang kita butuh figur yang kuat untuk bisa bersama-sama menyelesaikan permasalahan kesehatan dan mempersiapkan kesehatan masa depan juga untuk masyarakat Indonesia,” pungkasnya.