Barisan Merah Putih Papua RI Sampaikan Keprihatinan Atas Penyerangan Prajurit di Papua Barat

oleh
oleh
Foto Ilustrasi. (dok. Liputan6.com)

Jakarta, sketsindonews – Fungsionaris Barisan Merah Putih RI Papua yang juga Wakil Ketua Umum Bara JP, Frans Ansanay sampaikan keprihatinan atas kejadian penyerangan yang mengakibatkan gugurnya prajurit sapta marga di Papua Barat.

Seperti diketahui sekelompok orang menyerang pos komando rayon militer (Posramil) Persiapan Kisor, Distrik Aifat Selatan, Maybrat, Papua Barat, pada Kamis (2/9/21) dini hari hingga mengakibatkan empat personel TNI AD gugur.

“Sajak lama isu-isu disintegrasi bangsa selalu saja menggangu pembangunan disana ttp an pembangunan juga selalu merusak tatanan kehidupan adat masyarakat Papua diatas Tanah yang diyakini pemberian Tuhan,” ucap Frans melalui siaran pers, Jumat (3/9/21).

Frans menceritakan bahwa suasana Papua dan Papua Barat dahulu Provinsi Irian Barat yang oleh perjuangan Bung Karno Presiden RI pertama memerintahkan Panglima Mandala Mayjend TNI Soeharto berhasil merebut  Irian Barat kembali kedalam wilayah NKRI.

Lalu, sejak Jenderal Soeharto menjadi Presiden RI kedua di era orde baru, sistem pemerintahan yang terpusat membuat Provinsi Irian Jaya sebagai daerah tertinggal sangat memprihatinkan karena eksploitasi SDA terjadi disana sementara manusia papua terus menyaksikan hutan dan laut sebagai tempat menggantungkan hidupnya dirambah atas nama Hak Pengusahaan Hutan (HPH), pertambangan dan lain-lain dengan mengamalkan UUD 1945 yaitu hasil bumi dikuasai oleh negara utk kemakmuran rakyat.

“Ternyata faktanya tidak seperti itu, memasuki Orde Reformasi Rakyat Irian Jaya mengubah nama Provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua dengan mendapat restu Presiden Gusdur kemudian rasa ingin keluar dari keterpurukan hidup itu berkembang menjadi keinginan memisahkan diri dari NKRI,” paparnya.

“Benih-benih kemerdekaan yang terkubur 32 tahun era Presiden Soeharto itu muncul dengan hadirnya perwakilan 100 tokoh Papua di Jaman Presiden Habibie menyatakan ingin merdeka, pisah dari NKRI dan siap menjadi sahabat yang baik sebagai negara tetangga,” tambahnya.

Namun, permintaan ini ditolak secara halus oleh Presiden Habibie kepada 100 tokoh Papua, lalu kembali hiruk pikuk kemerdekaan Papua terus melanda hampir diseluruh Tanah Papua.

No More Posts Available.

No more pages to load.