Pidato Soekarno Dalam Indonesia Menggugat

oleh
oleh

Jakarta, sketsindonews – Soekarno menjelaskan kepada para jaksa penuntut bahwa pemerintah Hindia Belanda telah melakukan pemerasan sejak abad ke-18. Banyak buruh tani yang bekerja di perkebunan-perkebunan teh dan kopi di Priangan bekerja tanpa menerima upah.

Hasil dari eksploitasi itu adalah berjuta-juta gulden mengalir ke negeri induk, Nederland, Soekarno menyebut pemerasan itu sebagai imperalisme kuno karena belum ada infrastruktur yang memadai untuk melakukan eksploitasi.

Soekarno kemudian menceritakan cara kerja imperialism kuno itu. Hingga 1886 masih ada buruh perkebunan kopi menerima upah empat atau lima sen per hari. Padahal mereka memerlukan tiga puluh sen untuk hidup.

Diperkebunan kopi ada pembayaran  £ 4, 5 per tahun untuk satu keluarga, jadi 90 sen untuk satu orang.
.
Soekarno menguraikan pula tentang akibat dari pemerasan imperialism kuno itu. Dia mengatakan bahwa agar penduduk tidak menjadi sasaran pemerasan yang brutal, maka mereka mengungsi.

Pengungsian penduduk banyak terjadi di perkebunan-perkebunan itu secara besar-besaran. Inilah cara satu-satunya untuk keluar dari kesengsaraan. Mereka berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain.

Imperialisme tua makin lama makin layu. Imperialisme modern menggantikan tempatnya. Cara pengerukan harta yang menggali untung bagi Belanda itu makin lama makin berubah. Terdesak oleh cara pengerukan baru yang memperkaya capital partikelir, maka Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang Tanaman Tebu de Waal diterima oleh Staten General, Belanda, pada 1870. Kapital partikelir masuk ke Indonesia dan mendirikan pabrik gula, perkebunan teh dan tembakau.

Mereka mendatangkan pula manajer–manajer untuk mengelola perusahaan. Kapital partikelir juga membuka bermacam-macam perusahaan tambang dan perusahaan jaringan kereta api untuk Jawa. Madura, dan Sumatera, serta menggelar perusahaan kapal laut dan jaringan pelabuhan di seluruh Nusantara.

No More Posts Available.

No more pages to load.