Opini, sketsindonews – Semerbak aroma khas kopi tubruk Jogja yang kental plus sepiring singkong goreng hangat menemani penulis pagi ini menyusun prolog penelitian Disertasi ditengah cerahnya mentari dan desiran sepoi udara Jakarta bulan desember. Semua unsurnya seakan berlomba berkolaborasi serasa harmoni kedamaian sudah terasa hadir kembali menyatu di bumi persada Indonesia. Semoga ini pertanda kejayaan bangsa sudah di depan mata.
Sejenak kenangan pahit cerita “dongeng” tentang kompetisi Pemilu dimasa lalu sudah mulai samar dan semoga segera terkikis tuntas.
Yang tidak banyak diketahui orang awam, ternyata cerita hangat dari penduduk bangsa negeri-negeri seberang tentang citra bangsa kita terbukti sangat membanggakan dan mengharukan. Rakyat yang bhineka Suku, Agama, Budaya, Bahasa, Ras dan Warna kulitnya ini ternyata dinilai lebih bersaudara dibandingkan bangsa yang masih sibuk bertikai walaupun terdiri dari satu entitas saja.
Lalu buat apa kita harus atau mau repot merespon melayani perbedaan pemahaman ide sekelompok orang yang memang dalam negara demokratis diperbolehkan berbeda. Apalagi hanya dalam penafsiran ?. Yang penting tidak keluar dari mainframe Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka tunggal ika.
