Guru Mau Rapat, Kok Siswa Dipulangkan? (Catatan Hari Guru)

oleh
oleh

Kasus-kasus siswa yang mengenaskan sudah terjadi. Siswa yang “terjun” di sekolah, pemukulan dan penganiyaan siswa, bahkan kemarahan guru yang berlebihan adalah bukti guru terlalu enak dengan dirinya sendiri. Sehingga tidak peduli lagi kepada siswanya. Tidak dekat dengan siswa, tidak tahu apa yang dialami siswa. Karena guru, terlalu egois dan arogan. Sayangnya hari ini, bisa jadi, banyak guru tidak menyadari sikap egois dan arogannya sendiri.

Jangan ada lagi, guru yang egois dan arogan di sekolah. Guru yang terlalu asyik dengan urusannya sendiri. Guru yang tidak lagi mau bekerja ekstra untuk siswa-siswanya. Guru yang terlalu mendominasi ruang kelas sehingga siswa tidak berani untuk berkata sejujurnya. Guru-guru yang selalu defensif, terlalu cuek dengan keadaan siswanya. Di zaman begini, guru-guru yang sering memaksa akan sulit berkembang. Akibat guru terlalu egois dan arogan.

Persoalan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, tentu tidak bisa pula dijawab dengan cara mengubah kurikulum. Apalagi hanya mengganti menteri atau dirjen. Sejatinya, kualitas pendidikan hanya bisa dijawab oleh kualitas guru. Guru yang profesional, guru yang kompeten dan berkualitas. Agar kualitas pendidikan tidak “jauh panggang dari api”. Karenanya, guru tidak boleh egois dan arogan dalam menjalani profesinya.

No More Posts Available.

No more pages to load.