Debat Cawapres: Matinya Nalar Akademisi, dan Moral Agamis

oleh
oleh

Debat cawapres semalam memberikan gambaran tentang betapa pentingnya memiliki nalar akademisi dan moral dalam memimpin negara. Tanpa adanya nalar akademisi, seseorang cenderung terjebak dalam retorika kosong dan tidak mampu memberikan solusi konkret. Sementara itu, tanpa adanya moral, seseorang cenderung terjebak dalam politik pragmatis dan kepentingan pribadi.

Sebagai masyarakat, kita perlu lebih selektif dalam memilih pemimpin yang mampu menggabungkan nalar akademisi dan moral. Debat tidak semata-mata tentang kemampuan retorika seseorang, tetapi juga tentang kemampuan memberikan solusi yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Gibran adalah contoh yang baik tentang bagaimana seorang pemimpin harus tampil cerdas, memberikan solusi konkret, dan memiliki integritas moral yang baik.

Dalam menghadapi perkembangan dunia saat ini, kita membutuhkan pemimpin yang mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan memberikan solusi yang kreatif. Kita tidak bisa terus terjebak dalam retorika kosong atau politik pragmatis yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi. Dalam debat cawapres semalam, Gibran berhasil menunjukkan bahwa dia adalah calon yang mampu menggabungkan nalar akademisi dan moral dengan baik.

Dalam memilih pemimpin, kita harus melihat bukan hanya kemampuan retorika seseorang, tetapi juga nilai-nilai yang dia usung. Gibran adalah contoh yang baik tentang bagaimana seorang pemimpin harus memiliki nalar akademisi yang baik, mampu memberikan solusi konkret, dan memiliki integritas moral yang tinggi. Dengan pemimpin seperti itu, kita dapat memiliki masa depan yang lebih baik.

*Suara saya saat ini untuk Paslon No.2 Prabowo Gibran*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.