Peta Jalan Dana Pensiun 2024-2028 yang diluncurkan OJK (8/7/2024) menyiratkan tantangan besar yang dihadapi program pensiun atau industri dana pensiun di Indonesia. Tantangan yang harus diatasi untuk pengembangan dan penguatan industri dana pensiun ke depan, yaitu:
1. Tingkat inklusi dana pensiun yang masih rendah. Sesuai SNLIK OJK tahun 2022, tingkat inklusi dana pensiun hanya 5,42%, sementara tingkat literasi dana pensiun mencapai 30,46%. Bisa jadi, hal ini terjadi akibat edukasi yang belum masif akan pentingnya dana pensiun dan terbatasnya akses publik untuk memiliki dana pensiun, di samping belum tergarapnya sektor informal untuk memiliki perencanaan hari tua.
2. Lemahnya dalam pendanaan dan pengelolaan investasi. Untuk itu, dibutuhkan penguatan SDM dan infrastruktur untuk mengelola portofolio dan risiko investasi di dana pensiun. Agar peserta dana pensiun semakin tertarik “menabung untuk hari tua” daripada bergaya hidup atau berperilaku konsumtif. Edukasi akan pentingnya Perusahaan atau pemberi kerja untuk memenuhi kewajiban pendanaan dana pensiun atau kompensasi pascakerja pun menjadi agenda yang penting disosialisasikan.
3. Replacement ratio atau tingkat penghasilan pensiun yang masih rendah. Bila dihitung, besar iuran dan manfaat pensiun yang diterima berbanding take-home pay pekerja berkisar 15-20% dari gaji terakhir. Masih jauh dari standar dari ILO yaitu minimum 40% dari pendapatan terakhir sebelum pensiun. Karena itu, rencana “harmonisasi program pensiun” di Indonesia harus benar-benar didedikasikan untuk meningkatkan tingkat penghasilan pensiun pekerja di Indonesia, di samping tetap menjaga eksistensi dan pertumbuhan industri dana pensiun yang lebih sehat dan berkualitas.