Oleh karena itu tuntutan khalayak untuk terwujudnya TNI yang profesional harus didukung sedari awal, sejak jauh-jauh hari sebelum sebuah perang terjadi.
Mengapa ?, karena ternyata untuk sebuah alutsista modern seperti Rafalle yang sudah disepakati ternyata baru akan tiba 5 tahun kemudian setelah kesepakatannya ditandatangani.
Jalan menuju profesionalisme TNI ternyata tidaklah mudah. Salah satu tantangan utama yang dihadapi TNI dalam mencapai profesionalisme adalah keterbatasan anggaran negara (APBN) untuk memenuhi kebutuhannya. Target akhir pencapaian MEF diakui tidak terealisir hingga akhir tahun 2024 ini walaupun anggaran pertahanan Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun. Alokasi anggaran yang diterima TNI masih belum ideal jika dibandingkan dengan kebutuhan anggaran untuk modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, apalagi memenuhi jumlah alutsistanya. Menhan RI Prabowo Subianto menyampaikan untuk menjaga wilayah kedaulatan negara indonesia yang luasnya lebih 8,3 juta meter persegi ini, Indonesia seharusnya memiliki 1000 (seribu pesawat tempur). Tapi kenyataannya saat ini adalah masih sangat jauh panggang dari api.
Lalu bagaimana alternatif solusinya ?.
Fakta bahwa Indonesia berada dikawasan yang sangat dinamis, baik secara geopolitik maupun keamanan, terutama dengan meningkatnya tensi di Laut China Selatan dan ancaman berkembangnya perang saat ini menjadi liar tidak terkendali maka TNI harus selalu siap menghadapi tantangan apapun, internal maupun eksternal.
Dengan realitas kondisi kekuatan yang ada maka kerjasama dengan negara-negara lain melalui latihan militer bersama, pertukaran teknologi, dan strategi diplomasi pertahanan mau tidak mau harus lebih terus ditingkatkan oleh TNI, sehingga kekurangan dalam modernisasi dan jumlah alutsistanya dapat sedikit diminimalisir dampak kerentanannya. Artinya TNI dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan situasi internasional untuk menjaga stabilitas nasional. Minimal dengan kerjasama internasional dapat mempercepat upaya modernisasi dan profesionalisme TNI. Melalui latihan bersama, pertukaran teknologi, dan peningkatan kapasitas, TNI dapat belajar dari negara-negara dengan militer yang lebih maju.
Upaya seperti ini telah dilakukan dalam beberapa tahun belakangan ini. TNI terlibat dalam berbagai latihan bersama seperti Garuda Shield dan Cope West, yang tidak hanya memperkuat kerjasama tetapi juga meningkatkan kemampuan teknis dan taktis prajurit Indonesia.
Apakah cara seperti ini cukup ?.
Tentu tidak !.