Lebih lanjut dijelaskan, walaupun pengakuan itu tidak dilihat secara langsung, namun pihak pemerintah diwakili camat, juga aparatur desa hingga kepala lingkungan (kaling), berharap tidak ada yang menyebarkan isi dengan menyatakan pengancaman, hingga penyekapan.
Masih pada pemberitaan sebelumnya, menanggapi pernyataan Camat tersebut, melalui siaran pers, Jumat (01/11/24) Anne Yulia memaparkan kronologi kejadian yang menimpa dirinya dan keluarga hingga akhirnya dibuat video viral tersebut.
“Dimulai pada tanggal 26 september, saya akan membeli gas dan pergi ke atm, saya tidak diperbolehkan keluar, setelah saya akhirnya diperbolehkan keluar, saya tidak boleh masuk lagi. Sehingga saat itu saya tinggal berpindah- pindah hotel yang kebetulan keluarga saya datang dan menemani saya sambil saya mencari jalan agar kita bisa masuk ke dalam Villa, karena cucu- cucu saya sudah tidak masuk sekolah beberapa hari, maka dari itu saya khawatir,” papar Anne.
Kemudian pada tanggal 11 oktober 2024, Ia membuat video pertama yang kemudian viral. “Tapi keesokan harinya saya dapat tekanan untuk menghapus Video tersebut dan saya penuhi dengan kesepakatan pintu atau akses jalan ke Villa di buka,” ungkap Anne.
Namun menurutnya, aksi penutupan akses tersebut kembali terjadi pada tanggal 22 Oktober 2024. Dimana pada saat itu, salah satu pegawai Anne hendak menjemput cucunya, namun tidak diperbolehkan.
“Disitu lah saya membuat kembali Video dan saya viralkan lagi. Setelah video itu viral, mereka membukakan pintu atau akses jalan, namun ada ancaman berupa Pesan kepada saya yang menyatakan bahwa mereka akan lebih gila lagi jika saya terus memviralkan video tersebut,” papar Anne.
Kemudian, pada tanggal 24 Oktober 2024 setelah pintu atau akses jalan dibuka, Kata Anne, barulah Ia dikunjungi oleh pihak kepala desa, camat dan banjar setempat untuk dimintai keterangan terkait Video yang viral. “Barulah kemudian keluar pernyataan bahwa tidak ada penutupan akses, bahkan menduga saya menyebar hoax atau fitnah,” ujar Anne.
“Sangat disayangkan ketika berita Pak Camat hanya memberikan keterangan setengah- setengah tanpa melihat kejadian sebelumnya, hingga akhirnya saya memberanikan diri membuat Video,” tambah Anne yang juga menyebut bahwa dampak dari kejadian tersebut adalah anak- anak terpaksa tidak pergi sekolah selama beberapa hari dan hal tersebut bisa di cek di sekolah SMP Gusti Ngurah Rai Kerobokan.