Menanti Terwujudnya Ramalan Ke Tujuh Jayabaya

oleh
oleh

Yogyakarta, sketsindonews – Prahara Nusantara sepertinya terus berlangsung. Mendekati 2019 pun seolah menjadi landasan baru Nusantara untuk pencapaian zaman keemasan. Namun satu faktor yang masih menggelayut hingga kini, yakni ramalan ketujuh dari ramalan Jangka Jayabaya belum terjadi. Ramalan apakah yang belum terbukti? Berikut terawang budayawan Ki Gedhe Djati membabar Nusantara di Jogjakarta baru baru ini.

Tahun 2016 dari ujung barat (Aceh) hingga ujung timur (Papua), gambaran akan ‘gelap’nya Nusantara kian mencuat. Berbagai aspek kehidupan seolah tak lepas dari sifat keji dan nista, sementara banjir darah seolah gambaran yang lazim, hilang nyawa pun hanya menyentak kalbu meskipun terus bergelimpangan.

Di Nusantara ini telah terjadi berbagai peristiwa. Rasa keji seakan terasa tajam di sela masyarakat yang mulai terkikis moralnya, sementara rasa nista juga tak kalah hebohnya. Puluhan pejabat ramai-ramai dibui, mulai pejabat daerah hingga menteri pun seolah tak lepas dari bidikan korupsi, persekongkolan dan suap. Tak luput dari hal serupa, penegak hukum pun banyak melakukan hal yang sama, mulai dari kepolisian, kejaksaan, hingga para pengadil sebagai wakil Tuhan di Nusantara ini.

Kini banyak pemimpin dari berbagai tingkat dan institusi terendus melakukan makelar kasus, korupsi, makelar peradilan, hingga suap-menyuap. Semua kenistaan ini menurut budayawan, Ki Gedhe Djati sudah tergambar dalam Ramalan Ketujuh dari Sang Jayabaya Syiri Dameswara Madusudana Watara Nindita Suhersinga atau Jayabaya.

Dahsyatnya Jangka Jayabaya

Masih menurut Ki Gedhe Djati perlu dicamkan bahwa Tujuh Ramalan Jayabaya telah terbukti Enam, dan tak mungkin yang ketujuh tidak terlaksana.

“Tahun 2016 hingga 2019 merupakan tahun yang dibayangi akan datangnya ramalan ketujuh Jayabaya itu. Ramalan Jayabaya ketujuh yakni, Tikus Pithi Hanoto Baris. Artinya rakyat kecil akan menyusun, bersatu padu menggulingkan kezaliman-kezaliman tersebut. Wong Jowo Kari Separo, Wong Cino Kari Sejodoh, Wong Londo Gela-Gelo. Inilah ramalan Jayabaya yang membayangi Nusantara,” beber Ki Gedhe di kediamannya.

Pria yang selalu titis akan terawanganya ini pun menjelaskan panjang lebar bahwa semua kehidupan di Nusantara ini seolah sudah ada garisnya, apalagi garis besar yang diramalkan oleh seorang Raja Nusantara hanya kurang satu yang belum terjadi.

Seorang raja ahli ramal yang bernama Sang Jayabaya Syiri Dameswara Madusudana Watara Nindita Suhersinga atau Jayabaya, yang memerintah pada tahun 1135-1157 pernah meramalkan Indonesia, dan semua ramalannya terbukti hingga kini.

Pertama, Murkane Sabdo Palon Noyogenggong, artinya, Runtuhnya Kerajaan Hindu masuknya Agama Islam telah terjadi.

Kedua, Semut Ireng anak-anak sapi. Artinya: Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun lamanya ini sudah terjadi, apa daya semut kecil hitam yang menggigit pun tak sakit, diinjak-injak oleh anak-anak sapi. (Semut Ireng adalah Bangsa Indonesia, Anak-anak sapi adalah Pasukan Kerajaan Belanda).

Ketiga, Kebo Bongkang nyabrang kali, Belanda sudah tua menjajah Indonesia 350 tahun lamanya kembali ke kandang Belanda. Artinya Belanda pulang ke negaranya.

Keempat, Kejajah Seumur Jagung karo wong cebol kepalang artinya dijajah oleh Jepang selama tiga setengah tahun lamanya.

Kelima Pitik Tarung Sak Kandang, artinya pada zaman pemerintahan Presiden Pertama Bung Karno sering terjadi perang saudara hingga akhirnya beliau dikudeta oleh Soeharto.

Keenam, Kodok Ijo Ongkang-ongkang. Artinya, dalam pemerintahan yang mengaku-akukan dirinya presiden kedua ini, Soeharto seorang yang berseragam hijau sebagai militer selalu menunjukkan kekuasaan, keperkasaan, dan kesewenang-wenangan (Adigang, Adigung, Adiguno) dan bila seorang berseragam hijau (militer) yang seharusnya sudah pensiun masih diberi tugas menjadi apa saja (dikaryakan), misalnya menteri, dubes, gubernur, dan lain sebagainya sesuai dengan kehendak sang penguasa.

Simak Penjabaran Ramalan Jayabaya di tuisan berikutnya.

Penulis: Kumara

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.