Bohemian Rhapsody Freddy Mercury dan Politik di Indonesia

oleh
oleh

Dan terjebaklah ia dalam kesepian abadinya. Ketika sahabatnya, orang yang ia percaya dan juga mantan istrinya kawin lagi dengan orang lain, ia kehilangan pegangan. Uang tidak menolongnya. Ketenaran tidak berteman dengannya. Dan sorak sorai ribuan penonton hanya menambah tikaman dalam jiwanya.

Freddie sudah mati sebelum AIDS membunuhnya…

Dalam perumpaan melihat Freddie Mercury, saya jadi teringat seorang Capres yang hidup dalam tembok mewah yang sama, sendirian tanpa keluarga, dan dikelilingi orang-orang yang terus mengkapitalisasi dirinya.

Seorang Capres yang bergelimang kekayaan, ketenaran dan ambisi untuk menjadi legenda, yang sejatinya hanyalah seorang anak kecil yang hidup dalam tubuh orang dewasa.

Ia impulsif, labil dan emosinya tidak stabil. Ia menuntut penghormatan dari orang-orang sekelilingnya, jika tidak ia marah besar. Ia terjebak dalam delusi bahwa ia adalah seorang raja dan rakyat mengakuinya. Bahkan untuk mendapatkan rasa itu, ia rela membayar semuanya dengan segala cara yang dihalalkan.

No More Posts Available.

No more pages to load.