Oleh: Syarifudin Yunus, Dosen Unindra dan Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka
Mungkin hingga kini, masih ada yang memperdebatkan soal penting atau tidak pentingnya membaca? Agak naif, bila membaca diperdebatkan tanpa melakukannya. Membaca harusnya bukan bahan perdebatan. Tapi perbuatan, membentuk kebiasaan membaca di tengah hiruk pikuk gitalisasi dan kafe-kafe tempat nongkrong. Membaca di hari ini butuh keberanian, tidak lagi sekadar ketersediaan buku bacaan.
Susah dibantah, aktivitas membaca pasti punya manfaat banyak. Secara normatif, dikatakan membaca memiliki banyak ma fast. Diantaranya, karena membaca seseorang dapat mengembangkan intelektual dan memperluas wawasan. Ada pula yang berdebat, katanya membaca itu melatih pikiran dan meningkatkan kosakata. Sekali lagi, secara normatif, perbuatan membaca pasti punya dampak positif.
Adalah Joyce Carol Oates, salah satu penulis paling produktif di Amerika Serikat yang menyoroti kekuatan unik membaca. Sebab membaca, seseorang berpotensi melampaui batasan dirinya sendirim. Katanya, membaca, tidak hanya memahami kata-kata, tetapi juga merasakan pengalaman, emosi, dan perspektif dari penulis maupun tokoh-tokoh dalam cerita atau teks bacaan. Membaca adalah proses meditatif diri, sebuah proses batin yang menyelinap ke dalam “kulit” orang lain. Seolah-olah kita hidup dalam dunia orang lain, berbicara dengan suara mereka, dan memahami apa yang mereka rasakan. Karena membaca, siapapun lebih tenang dan penuh pertimbangan. Tidak sembrono atau ugal-ugalan seperti yang terjadi di banyak tempat hari ini.