Rindu Dekapan Hangat dari Ayah

oleh
oleh

Di rumah, Ayah tidak lama, hanya 2 minggu Ayah menyisakan waktu bersama adik, Ibu, dan aku. Tetapi aku sangat butuh Ayah untuk terus disampingku, menemaniku, serta menjagaku.

Sering kali keluhan keluar dari mulutku, tentang bagaimana sulitnya hidup di perantauan, tentang betapa kejamnya pergaulan, tentang kerasnya bertahan dalam dunia orang dewasa.

Tidak jarang aku melamun memikirkan tentang Ayah dan Ibu, bagaimana mudahnya aku ketika dulu masih selalu berada di samping kalian, bagaimana indahnya masa kanak-kanakku, bagaimana nyamannya aku untuk sekedar menatap setiap pergerakanmu, Ayah.

Ayah bagiku adalah sosok pahlawan yang istimewa. Ayah rela melakukan apa saja agar aku bahagia. Ayah juga mengajarkanku segala hal yang dia tahu.

Teringat kala itu Ayah sedang memperbaiki CPU yang rusak, aku diberitahunya segala benda yang terdapat di CPU tersebut dan yang terdapat dikotak tempatnya menyimpan peralatan elektronik. Hingga aku tahu apa itu resistor, kondensator, diode, dan transistor.

Saat aku jauh darimu, kamu tak pernah lupa untuk menasehatiku. “Mbak, jangan sampai lupa atau telat makan. Punya maag harus jaga pola makannya” kata Ayah.

Terkadang aku masih saja telat makan, hingga maagku kambuh dan aku dilarikan ke klinik terdekat untuk diperiksa dan diberi obat. Aku tak berani jujur ke Ayah bahwa aku sebenarnya bukan telat makan, tetapi aku tidak nafsu makan karena aku saat itu sedang bertengkar dengan kekasihku.

Lagi-lagi Ayah menjadi penguatku. Saat aku putus cinta dengan kekasihku, aku mendapat semangat dan kekuatan dari Ayah. Ayah berkata “Tidak masalah mbak, banyak pilihan, yang penting jaga dirimu dalam pergaulan. Allah telah menentukan pasanganmu dan tetaplah berdoa.”

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.