Wiwi Lesmana, aktivis sosial yang akrab disapa Willa, angkat suara terkait pernyataan kontroversial dari salah satu oknum pejabat yang menyamakan organisasi masyarakat (ormas) dengan premanisme. Pernyataan ini memicu polemik luas di masyarakat. Willa menyebut bahwa justru para pejabat dan pemerintah yang kerap memperlihatkan sikap premanisme terselubung lewat praktik korupsi dan penindasan terhadap rakyat.
“Ormas sering disebut preman, padahal kenyataannya banyak dari kami yang rutin memberikan santunan kepada anak yatim, janda, dan kaum dhuafa. Kami menggelar pengajian, menjaga lingkungan tanpa pamrih dan tanpa gaji dari negara,” ungkap Willa. “Sementara itu, para pejabat justru menari dan bernyanyi di atas penderitaan rakyat, berpesta dengan uang negara. Lalu, siapa sebenarnya yang preman?” tanyanya tajam.
Menurut Willa, pemerintah terlalu khawatir terhadap keberadaan ormas karena ormas sering menjadi sosial kontrol yang kritis terhadap kinerja pejabat. Ia menilai stigma negatif terhadap ormas lebih didasari ketakutan pemerintah terhadap pengawasan publik.